Satu-satunya permintaan pertukaran non-darurat yang dia prioritaskan adalah dari penumpang yang memiliki koneksi penerbangan yang sangat ketat dan ingin duduk lebih dekat ke pintu keberangkatan.
Dalam beberapa perdebatan online, banyak orang yang menyalahkan individu yang mencoba berpindah kursi karena gagal merencanakan atau memesan kursi yang tepat, namun, kata dia, hal ini mengabaikan fakta bahwa terkadang maskapai penerbanganlah yang harus disalahkan.
Jika kamu melihat rincian kecil di sebagian besar kontrak maskapai penerbangan, kamu tidak pernah dijanjikan kursi tertentu. Misalnya, Delta Airlines menyatakan dalam kontraknya dengan penumpang bahwa mereka, "dapat mengganti maskapai penerbangan atau pesawat lain, menunda atau membatalkan penerbangan, mengubah penetapan kursi, dan mengubah atau menghilangkan tempat pemberhentian yang tertera pada tiket kapan saja."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengungkapkan, sebuah maskapai penerbangan dapat mengubah kursi kamu tanpa peringatan dan penumpang yang terkena dampak mungkin harus bergantung pada kebaikan orang lain untuk dapat berpindah lebih dekat ke tempat yang mereka inginkan.
Namun yang terpenting, jangan berharap penumpang lain menyerahkan kursi yang telah ditentukan. Bersabarlah jika seseorang meminta untuk bertukar kursi dengan kamu, dan jangan merasa tertekan untuk menerima permintaan tersebut.
Baik kamu ingin bertukar atau diminta bertukar kursi, praktik terbaiknya adalah berkonsultasi dengan anggota kru kabin daripada berbicara langsung dengan penumpang. Para kru dapat menjadi penyaring atas pertanyaan yang layak diajukan. Para kru punya sumber daya berdasarkan akses mereka terhadap informasi, dan mediator sehingga ruang konflik berkurang.
Pada akhirnya, semua penumpang ingin mencapai tujuan mereka dengan selamat, menikmati kenyamanan apa pun di luar kenyamanan tersebut mungkin bergantung pada keberuntungan.
(wiw/wiw)