Pertama kali memasukkannya ke mulut, tekstur daging ayamnya terasa lembut. Menurut Ganysa, ayam yang digunakan adalah jenis pejantan. Bumbunya terasa ringan, saya memilih menyantapnya simple saja yakni dengan dicocol bareng sambal merahnya.
Sambal merah untuk ayam pop disajikan dalam piring kecil, yang terdapat potongan tomat. Rasa asam dan pedas dari sambal berpadu dengan tekstur lembut ayam pop menghadirkan kenikmatan yang memanjakan lidah.
Dimakan dengan nasi hangat juga cocok. Saya sendiri menyantap tiga potong ayam pop tanpa nasi dan berhasil menahan diri mengambil potongan keempat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ganysa membeberkan bahwa tentu saja ayam pop restorannya memiliki resep rahasia. Resep dan proses masaknya itu juga telah diajarkan dari kakek ke papanya, yang kemudian diturunkan ke anak-anaknya, termasuk Ganysa.
Restoran ini hanya memiliki satu cabang, di mana lokasinya sama-sama di Bukittinggi, tepatnya di samping Bioskop Sovia Lama. Dinamai Benteng Family Indah, karena restoran ini lokasinya dekat dengan Benteng Fort de Kock.
Ayam pop memiliki penggemarnya sendiri. Bahkan, dalam satu hari, restoran Benteng Family Indah pernah menjual seribu ekor untuk menu ayam pop dalam sehari ketika pesanan sedang tinggi-tingginya.
![]() |
Untuk memasak hidangan khusus ayam pop, restoran ini hanya memercayakannya kepada satu orang dari mulai proses potong sampai masak. Yang menarik, koki untuk memasak menu ayam pop juga turun-temurun dari ayah ke anaknya.
"Iya kebetulan, yang tukang masak ayam pop sekarang ini, belajarnya dari ada bapaknya juga, yang dulu jadi koki di sini, dia ngajarin anaknya. Anaknya tukang masak menu lain di sini juga, sebelum bapaknya meninggal, diajarin ke anaknya," tutur Ganysa.
Bagi kalian yang penasaran ingin mencoba makan ayam pop di rumah makan yang menciptakannya, jangan ragu untuk mampir dan mencicipnya. Sedapnya ayam pop Benteng Family Indah membuat kami ingin segera kembali ke Bukittinggi.
(wiw/wiw)