Sasi dan Aksi Kaum Mama Menjaga Biota Laut Papua

Prima Gumilang | CNN Indonesia
Minggu, 14 Apr 2024 20:50 WIB
Kelompok perempuan di Papua mengelola sasi agar alam tetap lestari. Generasi muda ikut meneruskan tradisi leluhur di Bumi Cenderawasih.
Mama-mama Kampung Kapatcol, Distrik Misool Barat, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat Daya, menyambut pengunjung dengan tarian pada Senin (25/3/2024). (CNN Indonesia/Prima Gumilang)

Pembukaan sasi di Kapatcol hanya dilakukan selama satu minggu, sesuai kesepakatan kelompok ibu-ibu. Warga menyelam di pagi hari hingga siang dan kembali ke laut pada malam hari.

Hasil laut yang dipanen berupa teripang, lobster, lola atau kerang dengan cangkang berbentuk kerucut, dan bia garo. Meski hasil laut berlimpah saat pembukaan sasi, warga tidak boleh serakah dalam memanennya.

Mereka hanya boleh menangkap biota laut dengan tangan kosong atau menggunakan tombak dan gate-gate, alat tangkap lobster dengan nilon. Penggunaan jala, potasium atau bom tak diperbolehkan karena bisa merusak ekosistem laut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu ukuran dan berat biota yang boleh ditangkap pun dibatasi. Teripang minimal panjangnya 15 sentimeter, lola 7 sentimeter ke atas, sementara lobster minimal 5 ons. Ibu-ibu yang tidak menyelam, bertugas mengukur dan menimbang hasil tangkapan di pantai. Jika ukurannya tak sesuai ketentuan akan dikembalikan ke laut.

Tradisi Buka Sasi di Perairan Misool, Distrik Misool Barat, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat Daya, Senin (25/3/2024). (CNN Indonesia/Prima Gumilang)Pengukuran teripang setelah dipanen selama pembukaan sasi di Kampung Kapatcol, Misool Barat. Raja Ampat, Papua Barat Daya, Senin (25/3/2024). (CNN Indonesia/Prima Gumilang)

Seiring waktu masyarakat memahami dengan sendirinya mana hasil laut yang boleh diambil.

Pembatasan tangkapan ini dilakukan untuk menjaga keberlanjutan ekosistem agar hasil laut bisa dipanen pada sasi selanjutnya, dan untuk jangka panjang agar bisa dinikmati anak cucu mereka.

"Ini prinsip pertahanan, mama tidak mau tempat kita dibebaskan, kalau tempat sudah sasi berarti kita sudah lindungi tempat itu. Setiap biota yang ada di situ bisa bertelur dan berkembang. Kalau tempat lain, mereka ambil sesuka hati," kata Almina.

Dalam aturan tak tertulis, masyarakat dilarang mengambil biota laut sebelum digelar upacara buka sasi. Warga Kampung Kapatcol mematuhi aturan tersebut, sekalipun tak ada lembaga yang mengawasinya, termasuk aparat keamanan.

Mereka percaya bahwa kutukan buruk berupa penyakit atau kematian akan menimpa siapa saja yang melanggar aturan sasi.

"Sudah ada bukti atau kenyataan, ada yang keram seumur hidup, digigit ular, ada orang luar, mereka kena penyakit seperti stroke," kata Almina bercerita soal sanksi supranatural.

Tradisi Buka Sasi di Perairan Misool, Distrik Misool Barat, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat Daya, Senin (25/3/2024). (CNN Indonesia/Prima Gumilang)Lola hasil tangkapan warga Kampung Kapatcol selama pembukaan sasi, Senin (25/3/2024). (CNN Indonesia/Prima Gumilang)

Panen hanya boleh dilakukan hingga masuk periode tutup sasi. Setelah memanen, lobster dan lola bisa langsung dijual. Sementara teripang mesti direbus, diasapi kemudian dikeringkan, baru bisa dijual. Tugas memasak ini juga dilakukan oleh mama-mama.

Teripang kering dijual seharga Rp50 ribu hingga Rp800 ribu per kilogram. Sementara lobster dihargai sekitar Rp200 ribu per kilogram. Selama tiga hari buka sasi, warga berhasil menangkap 1.138 teripang, 599 lola, dan 20 lobster.

Uang penjualan hasil panen pada tiga hari pertama diberikan kepada kelompok sasi Waifuna dan organisasi gereja. Setelah itu, empat hari sisa sasi hasil panen bisa dinikmati masyarakat untuk mencukupi kebutuhan keluarga masing-masing.

Waktu pelaksanaan pembukaan sasi pun mempertimbangkan faktor cuaca. Mereka berusaha menghindari angin selatan yang biasanya berlangsung dari Juni hingga Agustus. Pada masa ini angin bertiup kencang, sehingga masyarakat tidak mencari ikan di laut lepas. Biasanya warga pergi ke ladang untuk berkebun jika tidak melaut.

Selain itu, keputusan buka sasi juga mempertimbangkan keperluan masyarakat. Kali ini, penjualan hasil laut yang disasi akan digunakan untuk berobat dua anak yang sedang sakit berbulan-bulan di kampung mereka.

Keputusan ini telah disepakati mama-mama Waifuna. Mereka berharap bisa membawa kedua anak itu ke rumah sakit di Kota Sorong. Sebab di Kampung Kapatcol hanya tersedia satu puskesmas pembantu (pustu) dengan seorang perawat.

Infografis - Sasi Papua Jaga Alam RayaInfografis - Sasi Papua Jaga Alam Raya. (CNN Indonesia/Astari Kusumawardhani)

Generasi penerus tradisi

Yolanda Kacili (23) dan Yunance Kacili (21) telah bersiap di atas perahu yang sama. Berbekal kacamata renang dan fins, keduanya langsung menyelam untuk mengambil teripang, lola, lobster atau bia garo. Sementara itu, Almina bertahan di atas perahu menanti tangkapan di laut.

Tak sampai lima menit menyelam, Yolanda langsung muncul ke permukaan air. Dia tersenyum lebar sambil menunjukkan hasil tangkapannya yaitu teripang seukuran lengan orang dewasa.

Di titik lain, Marten Luther (10) ikut menyelam bersama ibundanya, Aderce Manurun (42). Dia mengenakan kacamata renang berbingkai kayu susu dan bertali karet dari ban bekas. Sementara ayahnya memantau sambil mengemudikan perahu.

Marten, Yolanda, Aderce dan puluhan orang lainnya menyelam bersama-sama untuk memanen hasil laut yang disasi. Keikutsertaan mereka sebagai upaya edukasi antar-generasi agar anak cucu mereka mau dan mampu menjaga tradisi sasi.

Tradisi Buka Sasi di Perairan Misool, Distrik Misool Barat, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat Daya, Senin (25/3/2024). (CNN Indonesia/Prima Gumilang)Yolanda Kacili dan Yunance Kacili menunjukkan biota laut hasil tangkapannya selama pembukaan sasi di Kapatcol, Raja Ampat, Papua Barat Daya. (CNN Indonesia/Prima Gumilang)

Kepala Kampung Kapatcol, Luis Hay (38) bercerita, secara historis, sasi di Kapatcol dikelola oleh laki-laki. Namun pelaksanaannya sempat terhenti lantaran hasil sasi tak maksimal.

Menurut Luis, saat itu belum ada pemahaman yang tepat di antara para pengelola sasi. Satu kali buka sasi, sesudah itu tidak ditutup lagi.

"Kami laki-laki unsur PKB (Persekutuan Kaum Bapak) pernah sasi satu lokasi, pernah dipanen, hasilnya lebih banyak yang ibu-ibu punya, mungkin salah persepsi," kata Luis.

Hingga pada 2011 untuk pertama kalinya dalam sejarah Papua, kelompok perempuan di Kampung Kapatcol mengambil peran pengelolaan sasi, hingga kini. Berawal dari kegelisahan seorang ibu karena tak ada lagi ikan untuk dimakan.

Tradisi Buka Sasi di Perairan Misool, Distrik Misool Barat, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat Daya, Senin (25/3/2024). (CNN Indonesia/Prima Gumilang)Almina Kacili menunjukkan teripang dan bia garo hasil tangkapan warga Kapatcol selama pembukaan sasi, Senin (25/3/2024). (CNN Indonesia/Prima Gumilang)

Kelompok perempuan berhasil mendapat kepercayaan dari gereja, pemerintah kampung dan tokoh adat. Mereka diberi mandat untuk mengelola wilayah perairan melalui sasi. Waifuna dinilai berhasil mengelola sasi. Pemerintah desa pun memperluas wilayah sasi kelompok ini dari 32 hektare menjadi 213 hektare pada 2019.

Seluruh kawasan sasi berada di zona penangkapan ikan tradisional dengan fungsi khusus zonasi kawasan sub-sasi di kawasan konservasi.

"Bantuan dari pemerintah daerah belum ada sama sekali. Kalau pemerintah kampung, kami sangat mendukung kegiatan sasi karena menunjang dan menjaga biota laut yang ada di daerah kita," ujar Luis.

Dia mengenang masa kecilnya ketika menyelam bersama sang ayah di laut yang tidak di sasi. Dalam satu malam, dia bisa mendapat puluhan ekor lobster. Sekarang, satu ekor pun susah didapat semalaman.

Begitu pula dengan lola, kata Luis, dulu tinggal "turun-pungut" saking melimpahnya. Kini, menurutnya, warga harus menyelam dan mencari-cari lola. Karena itu, sasi dilaksanakan untuk menjaga agar biota laut tetap terjaga.

"Kalau tidak dengan cara itu (sasi), ke depan anak cucu kami tidak akan lihat seperti yang kita lihat sekarang," sambungnya.

Tradisi Buka Sasi di Perairan Misool, Distrik Misool Barat, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat Daya, Senin (25/3/2024). (CNN Indonesia/Prima Gumilang)Kepala Kampung Kapatcol, Luis Hay menunjukkan lola hasil tangkapannya saat buka sasi, Senin (25/3/2024). (CNN Indonesia/Prima Gumilang)

YKAN mendukung Waifuna untuk memastikan ekosistem dikelola dengan cara yang sehat dan regeneratif. Lembaga ini memberikan penguatan kapasitas bagi anggota kelompok Waifuna melalui berbagai aktivitas seperti pelatihan monitoring wilayah sasi, pelatihan manajemen keuangan, dan pelatihan menyelam bebas.

"Memang perempuan ini mereka memikirkan jangka panjang. Ketika mama-mama di dapur, tidak ada ikan pada hari itu, mereka resah, kenapa tidak ada ikan," kata Manajer Senior Bentang Laut Kepala Burung YKAN, Lukas Rumetna.

Yolanda adalah salah satu anggota Waifuna yang mengikuti pelatihan menyelam. Meskipun dia sudah terbiasa menyelam sejak usia sembilan tahun, namun pelatihan itu memberinya pengetahuan tentang teknik pernapasan yang aman saat menyelam.

Dia berharap generasinya bisa ikut menjaga tradisi sasi dan bersama-sama kelompok perempuan Waifuna menjaga alam dan kehidupan tetap lestari.

"Supaya sasi ini tidak terputus untuk ibu-ibu saja tapi kami anak muda juga harus bergabung, supaya ada penerusnya," kata Yolanda.

Tradisi sasi di Kapatcol bertahan hingga sekarang demi melestarikan alam dan kehidupan generasi yang akan datang. Kelompok sasi Waifuna bahkan mendobrak budaya patriarki, di mana perempuan sering kali dikucilkan dari peran kepemimpinan.

(pmg/sur)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER