PEKAN ASI SEDUNIA

Hati-hati, Donor ASI Tak Bisa Dilakukan Sembarangan

CNN Indonesia
Jumat, 02 Agu 2024 09:00 WIB
Donor ASI biasanya jadi jalan pintas saat ibu tak bisa menyusui dengan lancar. Namun, donor ASI tak bisa dilakukan sembarangan.
Ilustrasi. Donor ASI harus dilakukan dengan mengikuti syarat dan prosedur yang telah ditentukan. (iStockphoto/Reptile8488)
Jakarta, CNN Indonesia --

Donor ASI biasanya jadi jalan pintas saat ibu tak bisa menyusui dengan lancar. Namun, donor ASI tak bisa dilakukan sembarangan.

Di media sosial, banyak orang tua saling berbagai informasi terkait donor ASI untuk bayi yang membutuhkan. Cara ini sebenarnya kurang tepat.

Sekjen Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) Lianita Prawindarti mengatakan, proses donor ASI perlu dibarengi dengan proses skrining terlebih dahulu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Skrining buat calon pendonor sebelum mereka memerah ASI yang didonorkan itu penting," ujar Lianita saat dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis (1/8).

Lianita mengatakan, jika ada indikasi medis seorang bayi memerlukan donor ASI atas rekomendasi dokter, maka ibu perlu mendapatkan pendampingan dari konselor menyusui. Hal ini dilakukan agar dapat menentukan skrining yang diperlukan buat calon pendonor.

"Ibu tetap perlu mendapat pendampingan konselor menyusui atau dokter laktasi agar dapat menentukan skrining apa yang diperlukan buat calon pendonor," kata Lianita.

Selain itu, pendampingan konselor menyusui juga diperlukan untuk mengajarkan ibu bayi memperlakukan ASI donor dengan benar. Misalnya, cara melakukan flash heating yang bisa membuat ASI tetap aman saat dikonsumsi si kecil.

Jika proses skrining dilewati, maka bukan tak mungkin ASI yang didapat justru bisa menularkan penyakit.

Lianita mengatakan, pada dasarnya, ASI adalah cairan tubuh yang berpotensi membawa penularan penyakit tertentu. Artinya, ibu pendonor harus dipastikan sehat.

Mengutip laman Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat, beberapa penyakit bisa ditularkan melalui ASI, termasuk di antaranya HIV. Kontaminan senyawa kimia seperti obat-obatan yang digunakan juga bisa berdampak negatif.

Syarat dan prosedur donor ASI

pumped breast milk in refrigeratorIlustrasi. Donor ASI harus dilakukan dengan memenuhi syarat dan prosedur yang ditentukan. (Istockphoto/Reptile8488)

Oleh karena itu, donor ASI perlu dilakukan dengan mengikuti aturan dan pedoman yang ada. Menukil laman Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), berikut beberapa tahap yang perlu dilakukan pendonor ASI.

Syarat pendonor ASI

Berikut beberapa syarat untuk pendonor ASI:

- memiliki bayi berusia kurang dari 6 bulan,
- sehat dan tidak memiliki kontra indikasi menyusui,
- produksi ASI telah memenuhi kebutuhan bayinya dan memiliki produksi ASI berlebih untuk mendonasikan,
- tidak menerima transfusi darah atau transplantasi organ/jaringan dalam 12 bulan terakhir,
- tidak mengonsumsi obat, termasuk insulin, hormon tiroid, dan produk yang bisa memengaruhi bayi,
- obat/suplemen herbal harus dinilai kompatibilitasnya terhadap ASI,
- tidak memiliki riwayat penyakit menular seperti hepatitis dan infeksi HIV,
- tidak memiliki pasangan seksual yang berisiko.

Seorang pendonor juga harus mengikuti beberapa skrining sebelum mendonorkan ASI-nya. Berikut di antaranya:

- menjalani skrining meliputi tes HIV, human T-lymphotropic virus (HTLV), sifilis, hepatitis B, hepatitis C, dan CMV (bila akan diberikan pada bayi prematur),
- bila ada keraguan terhadap status pendonor, tes dapat dilakukan setiap 3 bulan,
- ASI harus diyakini bebas dari virus dan bakteri dengan cara pasteurisasi atau pemanasan.

(els/asr)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER