"Kami harus mengurung diri di dalam, kami tidak punya kebebasan bahkan di dalam rumah kami sendiri," kata Jirat Buapromart, 54 tahun.
"Mereka siap mencuri apa pun yang mereka bisa dari kami."
Pada bulan Mei lalu, pihak berwenang meningkatkan upaya melawan monyet-monyet tersebut. Termasuk meningkatkan upaya sterilisasi yang dimulai selama pandemi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tujuan kami adalah mensterilkan semua monyet, 100 persen dari mereka," kata dokter hewan setempat Patarapol Maneeorn dari departemen satwa liar pemerintah pada September lalu.
Monyet-monyet tersebut kemudian akan ditempatkan di area yang ditentukan di mana mereka akan dirawat.
Lima bulan setelah dimulainya kampanye pemerintah, kekacauan primata Lopburi akhirnya terkendali, dengan sekitar 1.600 monyet di penangkaran.
Beberapa kelompok hak asasi hewan setuju dengan pihak berwenang untuk mensterilkan monyet-monyet tersebut, tetapi tidak menempatkan mereka di dalam kandang.
"Monyet-monyet tersebut menderita karena saat ini mereka berada di dalam kandang yang tidak dirancang untuk mereka," kata Edwin Wiek, pendiri Wildlife Friends Foundation Thailand. "Itu tidak pantas bagi mereka."
Wiek mendesak pemerintah untuk menambah dana bagi Departemen Taman Nasional, Satwa Liar, dan Konservasi Tumbuhan, yang memiliki personel terlatih dalam perawatan dan pengobatan hewan.
Meski sempat membuat resah, nyatanya, Lopburi dan monyet-monyetnya tidak dapat dipisahkan.
(tst/wiw)