Mitos vs Fakta, Benarkah Kulit Lebih Sehat Saat Tinggal di Luar Negeri

CNN Indonesia
Rabu, 19 Feb 2025 12:15 WIB
Banyak yang mengklaim kulit lebih sehat saat berada di luar negeri. Ternyata banyak faktor yang memengaruhi, simak penjelasannya.
Ilustrasi. Apa benar tinggal di luar negeri bikin kulit glowing. (Istockphoto/Wavebreakmedia)
Jakarta, CNN Indonesia --

Belakangan ini, media sosial X dulu Twitter ramai membahas perbedaan kondisi kulit saat seseorang berada di luar negeri dibandingkan dengan di Indonesia. Banyak warganet mengklaim bahwa kulit mereka terasa lebih sehat dan cerah saat berada di negara lain.

Salah satu pengguna X berbagi pengalaman setelah dua hari di Korea Selatan, di mana ia merasa kulitnya lebih halus dan pori-pori mengecil. Unggahan ini mendapat banyak tanggapan dari pengguna lain yang berbagi pengalaman serupa di berbagai negara.

Lantas, benarkah tinggal di luar negeri dapat membuat kulit lebih sehat? Faktor apa saja yang memengaruhi kondisi kulit seseorang?

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dokter spesialis kulit, Arini Astasari Widodo menjelaskan bahwa lingkungan tempat tinggal memang berpengaruh terhadap kondisi kulit. Beberapa faktor utama yang berperan meliputi iklim, kelembapan, polusi, dan paparan sinar UV.

"Banyak pasien saya melaporkan bahwa kulit mereka terasa lebih baik atau justru lebih buruk saat bepergian ke negara lain. Perubahan ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan," ujar Arini kepada CNNIndonesia.com, Selasa (18/2).

Faktor iklim seperti udara yang lebih lembap dapat membantu menjaga hidrasi kulit, sementara udara kering berpotensi menyebabkan kulit kering dan iritasi. Oleh karena itu, tak heran jika seseorang yang bepergian dari negara tropis ke negara dengan musim dingin sering mengalami kulit kering dan pecah-pecah.

Selain iklim, kualitas air juga memengaruhi kesehatan kulit. Kandungan mineral dalam air, seperti perbedaan antara hard water (air dengan kandungan mineral tinggi) dan soft water (air dengan kandungan mineral rendah), dapat memberikan dampak yang berbeda. Air dengan kadar mineral tinggi bisa meninggalkan residu di kulit dan memperburuk kondisi seperti eksim dan jerawat.

Negara dengan paparan sinar matahari lebih intens memiliki risiko penuaan kulit yang lebih tinggi akibat sinar UV yang dapat menyebabkan hiperpigmentasi dan kerusakan kolagen.

Sementara itu, polusi udara juga berkontribusi terhadap masalah kulit. Menurut Arini, polutan dan partikel udara dapat merusak lapisan pelindung kulit (skin barrier), memicu inflamasi, dan mempercepat penuaan.

"Kota dengan tingkat polusi tinggi cenderung membuat kulit lebih rentan terhadap jerawat, iritasi, dan kusam," jelasnya.

Partikel polutan seperti PM2.5, nitrogen dioxide (NO2), dan volatile organic compounds (VOCs) dapat menembus lapisan kulit, menyebabkan stres oksidatif, peradangan, dan gangguan pada skin barrier.



Tapi bukan cuma itu, gaya hidup dan pola makan juga turut berperan dalam kesehatan kulit. Diet tinggi gula dan makanan olahan dapat memperburuk inflamasi kulit, sedangkan pola makan kaya antioksidan seperti Mediterranean diet lebih mendukung kesehatan kulit.

Arini juga menekankan pentingnya menggunakan skincare yang tepat, seperti antioksidan dan tabir surya, untuk melindungi kulit dari dampak negatif lingkungan.

[Gambas:Video CNN]



(aur/tis)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER