Yang menarik, Jonathan Anderson membawa gaya khas Loewe, brand yang telah ia besut selama lebih dari satu dekade, ke dalam dunia Dior.
Detail seperti overcoat dengan kerah kontras, sandal nelayan yang dipasangkan dengan kaus kaki garis, hingga jaket dengan potongan cropped yang memperlihatkan sedikit kulit adalah kode visual yang akrab di panggung rumah mode asal Spanyol, yang juga bagian dari grup LVMH.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih dari itu, koleksi ini menandai pertemuan lintas budaya dan lintas sejarah. Dior, merek haute couture Prancis yang lahir dari cita rasa aristokrasi Eropa, kini dibaca ulang oleh seorang desainer asal Irlandia dengan pendekatan yang kontemporer dan global. Referensi dari arsip Dior di tahun 1970-an muncul berdampingan dengan gaya jalanan dan semangat DIY generasi Z.
Kehadiran tokoh-tokoh besar seperti Rihanna, Robert Pattinson, hingga Donatella Versace di barisan depan menegaskan bahwa dunia mode tengah menyaksikan sesuatu yang besar.
Jonathan Anderson tidak hanya mendesain pakaian, ia mendesain arah baru bagi Dior Men, sebuah versi pria dari rumah mode yang tidak lagi kaku, melainkan cair, jenaka, dan penuh karakter.
Dalam satu sisi, ini adalah penghormatan terhadap masa lalu. Marc Bohan, desainer Dior terlama, memulai lini pria Dior Monsieur di tahun 1970. Tapi di tangan Anderson, warisan itu dihidupkan kembali dengan semangat masa kini: terbuka, eksperimental, dan tanpa takut untuk menjadi aneh.
Melalui koleksi debut ini, Jonathan Anderson mengajak kita untuk melihat gaya bukan sekadar soal penampilan, tapi sebagai bentuk empati, cara memahami dunia, dan yang terpenting, cara menyenangkan diri sendiri.
Dior Men versi barunya bukan hanya tentang dikotomi maskulinitas/feminisme. Apa saja bisa mungkin.
(asr/asr)