Paris, CNN Indonesia --
Di L'Elysée Montmartre, sebuah gedung konser bersejarah di Paris yang terkenal dengan langit-langit tinggi dan atmosfer teatrikalnya, couturier asal Belanda Iris van Herpen mempersembahkan koleksi haute couture terbarunya, 'Sympoiesis'.
Seperti layaknya karya Iris van Herpen sebelumnya, ia menjadikan fashion show kali ini lebih dari sekadar pertunjukan busana. Pertunjukan pada Senin (7/7) ini merupakan gabungan antara renungan ekologis, eksperimen ilmiah, sekaligus ritual artistik yang menyentuh.
Mengambil inspirasi dari teori Gaia yang dikembangkan ilmuwan James Lovelock yang melihat bumi sebagai sistem yang saling terhubung dan mengatur dirinya sendiri. Iris van Herpen pun menggali lautan sebagai simbol keterhubungan ekologis yang rapuh.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Lautan, atmosfer, dan iklim adalah satu kesatuan. Mereka bukan sistem yang terpisah, tetapi terjalin erat dalam suatu jalinan yang mengatur diri sendiri," tulis Lovelock dalam pemikirannya yang menjadi landasan koleksi ini.
Koleksi ini dibuka dengan penampilan visioner: sebuah Living Look-busana hidup-yang dihuni oleh 125 juta alga bioluminesen. Dikembangkan bersama biodesainer Chris Bellamy, gaun ini memancarkan cahaya sebagai respons terhadap gerakan.
"Kita harus lebih sadar akan hubungan antara alam dan manusia. Kita saling bergantung. Dan koleksi ini benar-benar tentang lautan dan hubungan kita dengannya," jelas Iris van Herpen kepada CNNIndonesia.com seusai pertunjukan.
"Koleksi ini adalah kolaborasi dengan alam itu sendiri," ujar Van Herpen. "Di tengah darurat ekologis dan krisis keanekaragaman hayati, biodesain mengajak kita untuk memikirkan ulang bagaimana kita 'menggunakan' material, untuk membayangkan masa depan di mana semua rancangan manusia tidak hanya terinspirasi oleh alam, tapi benar-benar menyatu dengannya", lanjutnya.
Alga yang digunakan untuk gaun itu diternakkan di dalam air laut dan disimpan dalam gel nutrisi khusus yang menjaga ritme sirkadian dan kondisi lingkungannya agar menyerupai habitat aslinya.
Gaun ini bukanlah sebuah hasil konstruksi garmen, tetapi sebuah garmen yang dirawat dan dibudidayakan, sebuah kritik tajam terhadap budaya konsumsi mode yang cepat dan instan.
"Koleksi ini menyoroti keterikatan antara manusia dan alam, melihat tubuh bukan sebagai entitas yang terpisah, tetapi sebagai ekosistem, di mana busana menjadi hidup, responsif, dan terhubung secara mendalam dengan dunia alami," jelas Van Herpen.
Pembukaan show ini juga menjadi momen penuh emosi, dengan koreografi cahaya hasil kolaborasi bersama seniman visual Nick Verstand dan penari Madoka Kariya. Kain transparan dari Jepang berinteraksi dengan cahaya dalam pola organik, seolah-olah tubuh penari menjadi makhluk laut bercahaya.
"[Tarian] pembukaan ini adalah panggilan emosional atas bagaimana kita telah menguras kehidupan dari lautan. Ini adalah seruan perlindungan", terang Iris van Herpen dalam shownote.
Iris van Herpen, yang juga merupakan penari balet, menyisipkan esensi gerakan yang tidak hanya dilakukan oleh model, tetapi juga menyatu dalam konstruksi pakaian.
Sayap-sayap kecil kinetik hasil kolaborasi dengan seniman Casey Curran mengepak lembut menjadi bagian dari sebuah gaun. Inspirasi dari ubur-ubur Dohrnii diwujudkan dalam kain airfabric Jepang dan serat karbon transparan, melayang seperti arus bawah laut.
Eksperimen material juga menjadi ciri khasnya. Serat fermentasi Brewed Protein dari perusahaan bioteknologi Spiber dipotong laser menjadi bentuk menyerupai koloni karang dan disusun di atas organza transparan.
Sementara itu, sutra berwarna gading dililit terbalik di atas cetakan berbentuk ombak, lalu dilapisi resin tipis sehingga tampak seperti gelombang yang membeku sesaat sebelum menghantam karang.
 Lebih dari sekadar pertunjukan koleksi semata, van Herpen seolah mempersembahkan tarian bawah laut yang anggun. (CNN Indonesia/Fandi Stuerz) |
Untuk melengkapi pengalaman sensorik, peracik parfum kenamaan Francis Kurkdjian menciptakan aroma khusus yang menyertai setiap tampilan.
"Parfum adalah gelombang tak terlihat, nafas jiwa yang dapat memperpanjang gerakan busana," jelasnya. Ia membayangkan aroma yang "mengalir dan menyelam: dalam, akuatik, akrab namun nyaris tak nyata, surealis."
Van Herpen memang dikenal sebagai desainer yang menjembatani dunia mode dengan ilmu pengetahuan, filsafat, dan teknologi. Dari koleksi terinspirasi akselerator partikel di CERN hingga eksplorasi fisika kuantum, ia telah lama melampaui batas-batas tradisi haute couture.
'Sympoiesis' semakin mengukuhkan posisinya sebagai salah satu perintis mode paling visioner di abad ke-21, dengan memadukan keindahan seni tinggi dengan kesadaran ekologis.
"Couture memainkan peran yang sangat berarti dalam dunia mode untuk menciptakan bahasa baru tentang cara memandang dunia. Cara berhubungan dengan ekosistem yang sangat kita andalkan. Jadi, koleksi ini benar-benar merupakan ajakan untuk bertindak bagi kita semua," tutupnya.
Ketika tampilan terakhir menghilang ke dalam instalasi cahaya Verstand yang menyerupai biosfer, satu pesan tersisa: masa depan couture tak hanya terletak pada kemahiran tangan para perajin di atelier, tetapi juga pada kesadaran dan cara melihat dunia dari sisi berbeda.