Ini bukan kali pertama saya ke negeri singa. Tapi kalau via jalur darat perbatasan dengan Malaysia, ini adalah pengalaman perdana.
Ada yang beda pengalaman masuk Singapura via jalur darat ini. Setelah keluar perbatasan atau imigrasi Malaysia, kita akan disuguhi pemandangan antrean masuk Singapura di imigrasi.
Saya masuk ke Singapura saat pagi hari pukul 8.30. Pemandu lokal mengatakan, ini adalah pemandangan rutin tiap pagi saat ratusan atau mungkin ribuan warga Johor Baru, Malaysia masuk Singapura untuk bekerja.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Antrean bukan hanya barisan panjang orang, namun juga barisan panjang sepeda motor yang dipakai para pelaju ini. Singapura menerapkan sistem pintu otomatis di gerbang imigrasinya sehingga proses pemeriksaan berjalan lancar.
![]() |
Soal Singapura, apa yang mau diceritakan dari negeri pelabuhan ini? Berjuta kisah kemajuan, ketertiban, kebersihan dan keteraturan tata kotanya sudah sering kita dengar.
Terlalu sedih kiranya kalau kita membandingkan dengan Indonesia.
Misalnya saat pemandu di Singapura bercerita soal tingkat kriminalitas di sana kecil sekali. Kalaupun ada hanya ada kejahatan minor. Saya berpikir, jangan-jangan, hal minor yang dianggap kejahatan di Singapura, sebuah hal jamak di Indonesia dan tak lagi dianggap kejahatan.
Bahkan kata pemandu, HP milik turis yang hilang saja bisa ditemukan setelah lapor polisi yang benar-benar bekerja tanpa minta bayaran apapun.
"Beda kayak polisi di Wakanda ya," demikian celetuk seorang peserta perjalanan.
Beberapa jam sebelumnya, saya membaca berita dari Indonesia, seorang ibu-ibu di Lampung bertaruh nyawa mempertahankan sepeda motornya yang dirampas paksa dua pria bersenjata. Kejadian siang bolong dan ramai, saat ia tengah membeli sesuatu di pinggir jalan.
Ibu-ibu itu seolah tak mempedulikan nyawanya di tangah ancaman senjata pelaku. Atau mungkin sepeda motor itu hartanya paling berharga yang hampir sama dengan harga nyawanya? Entahlah....
![]() |
Seperti layaknya peserta rombongan trip yang lain, di Singapura lokasi yang saya kami kunjungi adalah Marlion Park dengan patung singa yang jadi ikon negara ini, Gardens by the Bay, China Town, Universal Studios, dan Jewel, air terjun buatan di Bandara Changi.
Ke Universal Studios, jangan berfikir kami masuk untuk menikmati wahana. Kami hanya berfoto di kawasannya terutama di depan monumen bola dunia yang jadi simbol tempat wisata ini. Di era media sosial ini, wisata foto seperti sudah jadi bentuk wisata tersendiri.
Lalu soal Jewel, siapa yang tak kagum dengan air terjun buatan di tengah kota ini. Pemandangan indah yang memanjakan para pelancong atau mereka yang sekadar transit di bandara terbaik di dunia ini.
Semua pemandangan indah ini diberikan cuma-cuma, tak ada pungli, tak ada jalan rusak. Bebas sepuasnya berfoto (tapi tidak untuk mandi) untuk pamer di media sosial. Lagi-lagi, tidak seperti di Wakanda.
![]() |
Singapura, pulau rawa-rawa, ditemukan oleh pangeran Sriwijaya, pernah jadi bagian Malaysia yang luasnya tak jauh beda dari Jakarta, kini menjelma jadi negara maju yang diperhitungkan di dunia dan jadi simbol kemajuan di Asia Tenggara.
Keliling Singapura hanya sehari tanpa menginap. Terlalu costly sepertinya kalau travel harus menginapkan kami di sana.
Kami kembali ke Kuala Lumpur sore hari. Perjalanan ditempuh dalam tempo sekitar 6-7 jam dengan jarak sekitar 400 km. Sampai di Kuala Lumpur hampir tengah malam. Setelah makan malam yang terlambat, kami langsung istirahat.
Harus simpan tenaga. Pasalnya besok seharian akan keliling Kuala Lumpur, sebelum sore harinya jalan jauh lagi ke Perak, untuk mencicil perjalanan panjang ke Thailand, negara tujuan berikutnya.
Di hari keempat ini, beberapa tempat di Kuala Lumpur jadi target kunjungan yakni Genting Highland, kuil Hindu Batu Caves dan belanja produk lokal Malaysia.
Genting Highland sesuai namanya adalah dataran tinggi di Malaysia. Tempat orang buang-buang duit karena salah satu yang ditawarkan di sana adalah arena perjudian atau kasino. Lokasi legal judi di Malaysia ini kerap jadi role model bagi orang-orang terutama politikus di Indonesia yang ingin judi dilegalkan karena bisa meraup pundi-pundi penghasilan negara.
Namun bukan itu yang jadi tujuan utama rombongan trip saya ke Genting Highland. Naik kereta gantung atau cable car nampaknya jadi salah satu atraksi utama walau sebenarnya ada theme park di atas dan pusat-pusat perbelanjaan.
Di atas, rombongan diberi kesempatan untuk berfoto-foto lagi. Bagi yang mau juga diberi kesempatan masuk ke dalam kasino. Pemandu saya mengatakan bagi warga Malaysia yang muslim, dilarang masuk ke kasino. Namun bagi warga asing, diperbolehkan dengan menunjukkan paspor.
![]() |
Saya berkesempatan masuk ke dalam kasino ini. Seperti dalam film-film, banyak mesin permainan judi di dalamnya. Jangan mencoba-coba mengabadikan gambar foto atau video di dalam. Penjaga akan melarang. Di pintu masuk saya melihat ada penjaga menenteng senjata laras panjang.
Jika ke Genting Highland, anda harus menyempatkan diri masuk ke Genting Premium Outlet. Ada banyak tawaran menarik dari merek-merek terkenal di pusat perbelanjaan ini. Jika beruntung, diskon besar bisa anda dapatkan.
Sepasang sepatu olahraga dengan harga sangat miring saya bawa pulang ke Indonesia.
Usai ke Genting, tujuan selanjutnya adalah Batu Caves, sebuah gua besar di tebing batu. Gua ini dibuat menjadi kuil umat hindu.
![]() Kawasan Kuil Dewa Murugan di Batu Caves, Malaysia, yang punya patung Dewa Murugan tertinggi di dunia. |
Patung Dewa Murugan atau Dewa Perang dalam kepercayaan Hindu dibangun di sini. Sangat tinggi yakni 43 meter atau tertinggi di dunia.
Untuk bisa masuk ke gua yang jadi kuil pemujaan, saya harus menaiki 272 anak tangga. Cukup menguras tenaga. Namun pemandangan indah di dalam gua menjadi bayaran yang pantas untuk menaiki anak tangga itu.
Batu Caves ini adalah destinasi wisata terakhir di Malaysia yang kami kunjungi. Usai mendatangi toko produk lokal, kami langsung cabut ke Taiping, Perak di bagian atas Semenanjung Malaysia.
![]() |
Perjalanan ke Perak bisa dibilang mencicil perjalanan ke Thailand. Butuh waktu 9 hingga 10 jam dari Kuala Lumpur ke Provinsi Songkhla di Thailand bagian selatan.
Setelah 5 jam perjalanan darat, kami tiba di Taiping, Perak untuk menginap semalam di sini sebelum pagi harinya menuju Thailand untuk melanjutkan perjalanan sekitar 4 hingga 5 jam lagi.
![]() |