Kami masuk ke Thailand melalui Kedah, tepatnya di wilayah Bukit Kayu Hitam. Sebelum sampai di Imigrasi Malaysia, pelancong biasanya akan berhenti di rest area terakhir yakni CTC.
Di sini, kita bisa ke toilet, membeli camilan atau menukar uang baht. Di sini juga kita bisa membeli asuransi karena warga negara asing yang masuk ke Thailand wajib membeli asuransi sebesar 20 ringgit atau sekitar Rp80 ribu.
![]() |
Setelah melewati dua imigrasi: Malaysia dan Thailand, kami masuk negeri gajah putih. Sawadikap, sawasdee kha.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak banyak perubahan berarti kecuali di sini jika dibanding wilayah Malaysia. Mulai banyak terlihat kuil-kuil Buddha yang megah. Namun di kawasan Thailand selatan seperti Provinsi Songkhla ini, masih banyak warga muslim.
Jadi jangan heran jika di Songkhla masih banyak kita temui wanita berkerudung dan banyak warga fasih berbahasa melayu.
![]() |
Songkhla merupakan satu dari 14 provinsi di selatan Thailand dan jadi provinsi termaju. Songkhla punya dua perairan yakni laut china selatan dan danau songkhla. Dua perairan ini bertemu di wilayah Songkhla ini.
Seperti di wilayah Thailand lainnya, Songkhla juga punya pantai yang indah yakni Samila Beach. Pasir putih jadi pemandangan di pantai ini.
Samila punya ikon yakni patung putri duyung. Patung terbuat dari tembaga ini dibuat berdasarkan cerita rakyat.
Dalam cerita turun temurun itu disebutkan ada seorang nelayan melihat putri duyung yang sangat cantik di Pantai Samila tengah menyisir rambutnya yang panjang.
Nelayan tersebut kemudian mendekatinya namun putri duyung itu pergi ke laut dan tak muncul lagi. Nelayan tersebut menunggu hingga lama namun yang ditunggu tak kunjung muncul.
![]() |
Samila Beach bisa dinikmati gratis oleh pengunjung. Ada warga lokal yang menawarkan jasa naik kuda hingga barang dagangan mereka. Kebanyakan menggunakan bahasa melayu dan tak ada kesan memaksa saat menawarkan.
Samila Beach sangat bersih dengan pasir putih dan gugusan batu-batu hitam menjulang di tengah pasir.
![]() |
Pasar terapung atau floating market jadi tujuan kami berikutnya. Floating market adalah tempat menjual jajanan jalanan atau street food yang dijual di atas perahu di sebuah sungai. Bagi saya tak ada yang istimewa dengan tempat ini.
Namun saya kagum dengan konsep sederhana yang dikembangkan sehingga setiap harinya ribuan turis lokal dan asing ramai berdatangan. Tempat parkir luas disediakan hingga bisa memuat banyak bus.
![]() |
Penduduk lokal menjual berbagai jajanan dari mulai sate, es kelapa dalam bambu, mangga ketan (mango sticky rice) dan jajanan khas lainnya di atas perahu. Panggung musik disediakan untuk meramaikan suasana.Daya tarik utamanya adalah aneka jajanan enak yang dijajakan. Harganya juga cukup ramah di kantong.
![]() |
Malam harinya kami kembali diajak jajan. Kali ini ke ASEAN Night Bazaar. Jika Floating Market menjual jajanan, makan ASEAN Night Bazaar banyak menjual makanan berat.
Tak ada keunikan seperti penjual di perahu dan panggung hiburan di sini. Tapi makanan yang dijual di sini, menggugah selera. Makanan khas Thailand yang tentu saja halal jadi jualan utama. Tom Yum, aneka mi, nasi goreng, durian dan aneka sajian laut bisa ditemui di sini.
![]() |
Harganya cukup terjangkau. Jajan di Thailand seolah tak perlu khawatir. Nilai mata uang rupiah dan baht tak begitu jauh. Sekitar Rp500 untuk 1 baht. Dengan harga makanan sekitar 80 hingga 100 baht, rasanya tak begitu mahal di kawasan wisata ini.
Di Songkhla, kami menginap di hotel yang menyediakan makanan halal. Hotel ini selalu penuh terutama di musim liburan oleh wisatawan Indonesia dan Singapura.
![]() |
Hari terakhir di Thailand ada dua lokasi yang kami kunjungi yakni sebuah ada kuil tua 200 tahun dan tempat atraksi gajah.
Di tempat pertama, yang jadi daya tarik pengunjung buka kuil tuanya. Tapi sebuah patung raksasa Buddha tidur. Lagi-lagi buat berfoto-foto untuk pamer di media sosial.
Di Thailand, kuil-kuilnya memang banyak dilengkapi dengan patung-patung besar. Bukan cuma patung Buddha, tapi juga patung biksu yang disucikan.
![]() |
Lokasi terakhir yang kami kunjungi adalah Chang Puak Camp. Tempat ini pengunjung ditawarkan interaksi dengan berbagai hewan terutama gajah. Atraksi naik gajah, memberi makan gajah, berfoto dengan monyet hingga pertunjukkan buaya ditawarkan.
Naik gajah jadi penawaran yang menarik untuk berkeliling selama 30 menit berkeliling area. Harganya 700 baht atau sekitar Rp350 ribu. Namun kalau kalau dirasa mahal, anda bisa cukup memberi makan gajah atau berfoto digendong gajah dengan belalai mereka dengan hanya 100 baht.
![]() |
Sebelum kembali ke Kuala Lumpur, kami sempat mampir ke sentra herbal di Thailand. Produk kesehatan herbal memang sedang gencar dipasarkan oleh Thailand. Mereka punya bahan baku melimpah untuk produk herbal ini. Tinggal bagaimana diproduksi dan dipasarkan pada jutaan turis.
Produk herbal yang ditawarkan dari mulai skin care, minyak urut, inhaler, teh, hingga obat kuat pria.
Thailand adalah negara di Asia Tenggara dengan kunjungan tertinggi. Di 2024 lalu lebih dari 35 juta wisatawan asing datang ke negeri gajah putih.
Kalau soal bahan baku herbal, Indonesia seperti tidak kalah. Tinggal ada tidak niat mengembangkan dan memasarkannya menjadi komoditas unggulan.
Selesai belanja produk herbal kami langsung cus ke Kuala Lumpur sore harinya. Kami mengejar penerbangan esok paginya pukul 06.55 waktu Malaysia.
Dengan perjalanan sekitar 10 jam, sebelum Maghrib kami harus sudah cabut dari Thailand.
Fisik dan mental harus disiapkan karena 10 jam saat malam hari. Praktis malam itu kami harus tidur dan istirahat di bus.
Perjalanan Thailand-Kuala Lumpur hanya sekitar 3 kali berhenti untuk makan malam dan mampir toilet. Malam itu, bus itu jadi hotel kami.
Sekitar jam 03.00 dini hari, kami tiba di Kuala Lumpur Internasional Airport untuk pulang ke tanah air. Lagi-lagi naik penerbangan murah.
Malam sebelumnya, hampir semua peserta sibuk menimbang barang bawaan agar tidak melebihi batas 7 kg untuk masuk kabin. Tour leader kami sampai menyediakan timbangan. Ada pula peserta yang membawa timbangan sendiri.
Mereka yang barang bawaan kabin melebihi berat, harus beli lagi untuk 7 kg selanjutnya.
Kalau masih terlalu berat, bagasi 20 kg harus dibeli.
Saya perkirakan, total jalur darat yang ditempuh untuk wisata di tiga negara dari lebih dari 2.000 km. Jarak ini meliputi perjalanan panjang Malaysia-Singapura pulang pergi, dan perjalanan Malaysia-Thailand.
Ini belum termasuk perjalanan dalam kota di Malaysia, Singapura dan Singapura.
(sur/sur)