Aturan Baru Thailand: Minum Alkohol Siang Hari Bisa Didenda Rp4,7 Juta

CNN Indonesia
Senin, 10 Nov 2025 17:00 WIB
Ilustrasi minuman beralkohol. (antonioandrade1/Pixabay)
Jakarta, CNN Indonesia --

Masyarakat di Thailand yang ingin menikmati minuman beralkohol di sore hari kini berisiko menghadapi denda besar mulai Sabtu (9/11) ini. Hal ini menyusul revisi legislasi pengendalian alkohol yang memperkuat penegakan hukum dan secara signifikan memperketat pembatasan pemasaran dan periklanan.

Penjualan alkohol di sebagian besar gerai ritel dan supermarket di Thailand telah dilarang antara pukul 14.00 hingga 17.00 sejak tahun 1972.

Namun, perubahan pada Undang-Undang Pengendalian Minuman Beralkohol yang berlaku mulai Sabtu (8/11) lalu membuat individu kini dapat didenda 10.000 baht atau sekitar Rp4,7 juta lebih, karena minum atau disajikan minuman beralkohol selama waktu terlarang atau di tempat yang dilarang.

Meskipun ada pengecualian untuk tempat hiburan berlisensi, hotel, tempat bersertifikat di area wisata, dan bandara yang melayani penerbangan internasional, tanggung jawab kini dialihkan kepada konsumen.

Peraturan yang diperketat ini juga melarang iklan minuman beralkohol kecuali kontennya murni faktual. Penggunaan selebritas, influencer, atau figur publik untuk mempromosikan minuman beralkohol untuk tujuan komersial juga kini dilarang.

Presiden Asosiasi Restoran Thailand, Chanon Koetcharoen, mengatakan bahwa peraturan baru ini akan berdampak buruk pada restoran karena kini konsumen yang "dibatasi" oleh jam penjualan yang ditetapkan.

"Jika sebuah restoran menjual sebotol bir kepada pelanggan pada pukul 13.59, misalnya, tetapi mereka duduk dan minum di tempat tersebut hingga pukul 14.05, itu akan menjadi pelanggaran hukum di bawah Pasal 32, dan orang tersebut dapat didenda. Ini akan menghambat pertumbuhan industri restoran," jelas Chanon, seperti dilansir Bangkok Post.

Di sepanjang Khao San Road, area di Bangkok yang dikenal sebagai pusat backpacker, salah satu bisnis yang beroperasi sebagai bar dan restoran hibrida dari pukul 11.00 hingga 02.00 dini hari, menyatakan penjualan alkohol seringkali longgar dan pelanggan sering memesan minuman di antara jam-jam yang dilarang secara resmi.

Seorang asisten manajer yang bekerja di Khao San Road , Bob, mengatakan penjualan alkohol kemungkinan bisa berkurang separuh selama jam-jam tersebut akibat potensi denda yang dikenakan kepada peminum.

Ada juga kekhawatiran bahwa undang-undang yang lebih ketat ini dapat membuka peluang bagi oknum pejabat untuk memaksakan denda kepada pelanggan, restoran, atau keduanya, demi keuntungan pribadi.

Desakan Liberalisasi Alkohol

Anggota parlemen dari oposisi People's Party, Taopiphop Limjittrakorn, telah mendorong liberalisasi penjualan minuman keras, mengatakan penjualan alkohol seharusnya diperbolehkan sepanjang waktu.

"Undang-undang yang diamandemen ini bertujuan untuk melayani tujuan mereka yang menentang alkohol," kata Taopiphop. Ia juga khawatir peraturan baru ini akan membingungkan turis asing yang mungkin memesan minuman sebelum jam terlarang tetapi mengonsumsinya setelahnya.

Di Thailand, di mana agama Buddha adalah agama utama, praktisi dan biksu mengikuti Lima Sila (Five Precepts), yang mencakup pantangan dari alkohol dan zat memabukkan untuk meningkatkan kesadaran dan menghindari kecerobohan.

(wiw)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK