Agar Anak Tak Mudah Terbujuk Orang Asing, Ini Saran Psikolog
Belakangan, kasus penculikan anak sedang marak terjadi. Salah satu yang menjadi perhatian publik yaitu kasus penculikan balita bernama Bilqis (4). Psikolog pun berikan saran agar anak tidak mudah termakan bujuk rayu orang asing dan jadi korban penculikan seperti Bilqis.
Bilqis dilaporkan hilang saat berkunjung ke Taman Pakui, Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (2/11). Anak berusia 4 tahun ini luput dari pengawasan sang ayah yang tengah bermain tenis. Rekaman CCTV menunjukkan seorang perempuan menuntun tiga anak kecil, salah satunya Bilqis.
Menghimpun dari berbagai sumber, perempuan berbaju serba hitam tersebut berjalan tergesa-gesa sambil menoleh ke belakang. Info terkini, Bilqis akhirnya berhasil diselamatkan meski sudah tiga kali berpindah tangan.
Melihat kasus ini, orang tua musti sadar bahwa ancaman bagi anak bisa datang kapan saja dan di mana saja, bahkan ketika lingkungan terlihat aman.
Agar anak tidak gampang terbujuk orang asing
Kemampuan anak untuk memahami batasan dan mengenali potensi bahaya harus ditanamkan sejak dini.
Psikolog anak Mira Amir menekankan bahwa kunci utama pencegahan, agar anak tidak mudah terbujuk orang asing adalah orang tua.
"Yang pertama kali harus diedukasi itu orang tuanya. Tanggung jawab menjaga anak ada pada orang tua. Tapi budaya kita sering mendorong anak untuk selalu ramah, bahkan kepada orang asing. Ini yang harus dibenahi," kata Mira dihubungi CNNIndonesia.com, Senin (17/11).
Lebih lanjut, Mira juga menjelaskan peran orang tua tidak hanya soal mengawasi, tetapi membangun komunikasi yang kuat dengan anak.
Menurut Mira, ada beberapa hal yang bisa dilakukan orang tua agar anak tidak mudah terbujuk atau diajak oleh orang tak dikenal.
1. Bangun komunikasi terbuka dengan anak
Anak yang merasa aman bercerita kepada orang tua cenderung lebih mudah melapor ketika mengalami situasi yang mencurigakan. Hubungan yang hangat membuat anak lebih peka terhadap rasa tidak nyaman dan berani menolak ajakan orang asing.
2. Ajarkan batasan diri sejak dini
Anak perlu diajarkan dan ditanamkan tentang batasan pribadi dan keamanan diri sedini mungkin.
"Sudah harus ditanamkan dari awal. Nggak ada, oh...nanti tiga tahun? Sedini mungkin," tegas Mira.
Ajarkan hal sederhana seperti mengenali rasa tidak nyaman, serta pentingnya berkata "tidak" saat merasa terancam. Semakin sering orang tua memberi penguatan, semakin besar kemampuan anak menolak ajakan orang asing.
3. Validasi perasaan anak
Lihat Juga : |
Setiap anak punya intuisi alami untuk mengenali sesuatu yang terasa tidak aman. Namun, banyak orang tua tanpa sadar justru meremehkan perasaan itu dengan mengatakan, "Ah, cuma perasaan kamu aja."
Akibatnya, anak jadi ragu menilai situasi dan tidak percaya pada instingnya sendiri. Padahal, intuisi anak perlu dihargai dan dianggap valid, karena itu bisa membantu mereka menghindari bahaya.
4. Melatih respons melalui role play
Orang tua bisa membuat skenario sederhana seperti ada orang asing yang menawarkan permen atau ada yang bilang disuruh Mama menjemput.
Dengan latihan, anak terbiasa memberi respons aman, seperti menjauh, menolak, atau segera mencari orang dewasa yang dipercaya.
5. Peran lingkungan selain orang tua
Keluarga, guru, sekolah, tetangga, hingga masyarakat sekitar semuanya punya peran dalam menjaga keamanan anak. Jangan bersikap cuek ketika melihat sesuatu yang terasa tidak wajar.
"Pokoknya kalau ada sesuatu yang enggak semestinya, segera cermati," ucap Mira.
Dia menambahkan, jika melihat sesuatu yang tidak wajar maka, segera cek atau tanyakan. Hal ini bukan soal menumbuhkan rasa curiga berlebihan, melainkan memahami bahwa risiko bisa datang dari mana saja.
Semakin banyak orang dewasa yang peduli, semakin kecil peluang anak berada dalam bahaya. Melindungi anak dari ajakan orang asing bukan hanya soal memberi peringatan, tapi membangun rasa aman dan percaya diri dalam diri mereka.
(avd/els)