Ekosistem di Taman nasional Tesso Nilo juga terikat dengan ragam flora yang tumbuh di sana. Berbagai jenis pohon hutan yang langka menjadi pilar di tanah Tesso nilo.
Tumbuhan yang ditemui di TNTN biasanya berjenis endemik, misalnya kempas, kulim, kayu batu, jelutung, ramin, meranti-merantian, tembesu, keranji, keruing, jenis sindora, hingga durian. Tak jarang ditemukan tumbuhan obat di hutan ini.
Setidaknya tercatat sekitar 360 jenis flora yang ada di TNTN, seperti temuan LIPI dan WWF Indonesia. Bahkan, Center Biodiversity Management mengakui Tesso Nilo adalah hutan dengan keanekaragaman hayati terkaya di dunia, setelah ditemukan 218 jenis tumbuhan vaskular dalam 200 m2 petak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di balik segala potensi besarnya, kini Taman Nasional Tesso Nilo semakin jauh dari fungsi awalnya. Seiring padatnya aktivitas manusia di kawasan konservasi ini, fungsi TNTN kian merosot.
Kini para kawanan gajah semakin kehilangan ruang, karena hutan yang dulu rapat itu semakin terbuka lebar. Bahkan lebih, parah rumah gajah kini dirampas menjadi rumah manusia, banyak wilayah hutan yang diubah jadi pemukiman.
Otomatis, populasi dan keselamatan satwa semakin kacau hingga terancam punah. Fungsi Taman Nasional Tesso Nilo perlu dikembalikan lagi. Hal ini masih terus diupayakan oleh Kementerian Kehutanan melalui Direktorat Jenderal Penegakan Hukum Kehutanan bersama Satgas PKH.
"Penegakan hukum di Tesso Nilo diarahkan untuk mengembalikan taman nasional ini sebagai rumah Domang dan kawanan gajah lainnya, bukan hamparan kebun sawit. Operasi penertiban di Tesso Nilo kami rancang untuk memutus rantai bisnis perusakan kawasan, bukan mengorbankan rakyat. Fokus kami menyasar para pemilik lahan, pemodal, dan pengendali alat berat yang memperdagangkan kawasan hutan negara," tegas Direktur Jenderal Penegakan Hukum Kehutanan, Dwi Januanto Nugroho.
(ana/wiw)