Tren Wisata di Indonesia Sepanjang 2025, Berburu Playground Lokal
Tren wisata terus berubah dari waktu ke waktu. Tak cuma secara global, tapi juga di Indonesia. Lantas, bagaimana tren wisata yang berlangsung di Indonesia selama satu tahun terakhir?
Chief Strategy Officer Tiket.com Tifanny Tjiptoning mengatakan, banyaknya long weekend dan libur nasional tahun 2025 jadi penggerak utama permintaan perjalanan wisata di Indonesia.
"Setiap kali ada long weekend atau ada libur panjang nasional, itu selalu ada lonjakan di semua kategori pariwisata, dari transportasi, akomodasi, dan atraksi," kata Tifanny dalam acara tiket.com Tourism Trends 2025 & Outlook 2026 di Jakarta, Selasa (16/12).
Transportasi jadi pertimbangan
Banyak pelancong merencanakan perjalanannya secara bertahap di tahun ini. Biasanya, pelancong membeli tiket transportasi terlebih dahulu, baru kemudian tiket destinasi wisata dan sebagainya.
"Mereka mau mengamankan dulu, nih, harga-harganya transportasi karena lebih dinamis, dan semakin lama, kan, [tiket transportasi] semakin mahal ya, makanya mereka beli dulu," ujar Tifanny.
Setelahnya, barulah para pelancong memesan akomodasi atau atraksi wisata yang diinginkan.
Dipengaruhi media sosial
Media sosial juga memengaruhi tahap pencarian dan eksplorasi destinasi baru yang bisa masuk ke rencana wisata. Melalui konten yang bersifat visual, cepat, dan mudah dicerna, wisatawan mengambil peran dalam algoritma tren pariwisata.
"Jadi mungkin sebelumnya kita lihat banyak destinasi atau mungkin atraksi tempat wisata yang masih belum terlalu populer, tapi ternyata user di social media ini mereka sharing dan ini [destinasi wisata] jadi populer. Jadi ini emang nyata sekali bantuan dari social media dalam mengembangkan planning perjalanan pariwisata Indonesia," jelasnya.
Transportasi darat
Tahun ini, lonjakan pembelian tiket transportasi terjadi pada kereta dan bus. Tren ini, menurut Tifanny, dipengaruhi oleh infrastruktur, seperti pembangunan jalan Tol Trans-Jawa yang semakin memudahkan perjalanan.
"Ini kita lihat [pertumbuhannya] sangat cepat sekali, lebih dari moda-moda yang lain. Yang mencerminkan ada sedikit pergeseran dari moda transportasi udara ke transportasi darat," jelasnya.
Akomodasi non-hotel
Tren akomodasi tahun ini juga mengalami pergeseran. Akomodasi non-hotel justru mengungguli hotel itu sendiri.
Akomodasi non-hotel tumbuh pesat sebesar 44 persen, sementara hotel sebesar 19 persen dan apartemen 13 persen.
Tifanny menduga, pergeseran ini bisa jadi disebabkan oleh keinginan wisatawan yang ingin menghabiskan liburannya bersama keluarga dan kelompok pertemanan besar.
"Hotel accommodation seperti vila lebih besar dan tidak perlu terpencar-pencar di kamar hotel," terang Tifanny.
Lonjakan minat terhadap playground
Lonjakan pesat juga terjadi untuk atraksi wisata dan playground. Tahun 2025 ini, tingkat kunjungan ke playground meningkat 71 persen dan atraksi wisata 34 persen.
Ada beberapa faktor yang memengaruhinya. Pertama, tahun ini banyak pembukaan tempat wisata, khususnya playground di lokasi luar Pulau Jawa.
Kedua, kembali lagi dipengaruhi oleh media sosial. Banyak yang berbagi pengalamannya di media sosial sehingga berujung pada pertumbuhan.
"Nah ini kita lihat khususnya bagi keluarga urban, playground itu menjadi pilihan," tutur Tifanny.
Destinasi wisata dalam negeri masih lebih diminati
Selama tahun 2025, terpantau destinasi wisata dalam negeri masih mendapatkan perhatian. Sekitar 75 persen wisatawan memilih destinasi lokal sebagai tujuan berlibur. Sementara sisanya, sebanyak 6 persen melakukan perjalanan ke luar negeri, dan 10 persen gabungan antara keduanya.
Di dalam negeri, preferensi destinasi wisata masih terkonsentrasi di Pulau Jawa. Yogyakarta dan Bandung berada di posisi teratas, diikuti oleh Jakarta dan Surabaya.
Sementara di luar Pulau Jawa, Bali masih jadi nomor satu. Beberapa wilayah lain seperti Lombok, Medan, dan Makassar juga mulai jadi alternatif destinasi dalam negeri.
Sementara untuk internasional, Singapura, Malaysia, dan Jepang masih jadi pilihan utama karena jarak yang relatif dekat.
(ana/asr)