Dampak Minuman Manis pada Tulang yang Sering Diabaikan

CNN Indonesia
Selasa, 30 Des 2025 07:30 WIB
Ilustrasi. Waspada, kebanyakan konsumsi minuman manis berdampak buruk terhadap tulang. (iStockphoto/PashaIgnatov)
Jakarta, CNN Indonesia --

Dampak minuman manis pada tulang kerap luput dari perhatian, meski konsumsi soda, teh kemasan, hingga minuman kekinian terus meningkat. Minuman berbasis gula ini telah menjadi bagian dari gaya hidup modern, terutama di kalangan remaja dan dewasa muda.

Padahal, di balik rasanya yang menyegarkan, ada konsekuensi serius terhadap kesehatan tulang dalam jangka panjang.

Selama ini, minuman manis lebih sering dikaitkan dengan kenaikan berat badan dan diabetes. Namun, para ahli gizi mengingatkan bahwa asupan gula cair berlebih juga berkontribusi pada menurunnya kepadatan mineral tulang.

Tak heran jika gerakan Stop Minuman Manis mulai digaungkan sebagai langkah preventif untuk menekan risiko tulang rapuh dan osteoporosis di kemudian hari.

Mengapa minuman manis berbahaya bagi tulang?

Salah satu mekanisme utama dampak minuman manis pada tulang berkaitan dengan kandungan asam fosfat, terutama pada minuman bersoda. Asam fosfat yang masuk ke tubuh dalam jumlah besar dapat mengganggu keseimbangan pH darah.

Untuk menetralkannya, tubuh akan 'meminjam' kalsium dari tulang sebagai penyangga asam (buffer).

Akibatnya, kalsium yang seharusnya menjaga kepadatan tulang justru berkurang sedikit demi sedikit. Dalam jangka panjang, proses ini dapat menyebabkan pengeroposan mikro pada tulang.

Sejumlah studi gizi menunjukkan, konsumsi soda secara rutin berhubungan dengan risiko tulang rapuh yang lebih tinggi, terutama jika tidak diimbangi asupan kalsium yang memadai.

Melansir berbagai sumber, bahaya lain datang dari kandungan gula yang tinggi. Dalam satu gelas minuman manis berukuran 250 ml, kandungan gula sering kali sudah memenuhi bahkan melebihi rekomendasi asupan harian.

Gula berlebih dapat meningkatkan pengeluaran kalsium dan magnesium melalui urine.

Padahal, kalsium dan magnesium merupakan mineral kunci untuk kekuatan tulang. Semakin banyak mineral ini terbuang, semakin rentan tulang mengalami osteoporosis dan fraktur.

Tak hanya itu, gula juga diketahui dapat menurunkan kadar vitamin D dalam tubuh, sehingga penyerapan kalsium menjadi tidak optimal.

Mengganti gula dengan pemanis buatan pun bukan solusi mutlak. Sejumlah penelitian menunjukkan, pemanis rendah kalori tetap dapat mengganggu metabolisme dan tidak sepenuhnya menurunkan risiko penyakit metabolik.

Efek natrium dan asam fosfat yang tak disadari

Selain gula, minuman manis kemasan juga mengandung natrium dalam jumlah yang tidak sedikit. Natrium memang dibutuhkan tubuh untuk menjaga keseimbangan cairan dan fungsi otot.

Namun, konsumsi berlebihan dapat meningkatkan ekskresi kalsium dan memicu masalah kardiovaskular.

Sementara itu, asam fosfat yang memberi rasa segar pada soda bisa menjadi pedang bermata dua. Tubuh memang memerlukan fosfor untuk pembentukan tulang dan gigi, tetapi kelebihan fosfor justru dikaitkan dengan meningkatnya risiko patah tulang.

Beberapa penelitian menyebut, konsumsi soda harian dapat menggandakan risiko osteoporosis.

Kebiasaan mengonsumsi minuman manis juga sering menggantikan minuman bergizi seperti susu. Padahal, usia remaja hingga dewasa muda sekitar 12 sampai 25 tahun merupakan masa puncak pembentukan massa tulang.

Ahli gizi komunitas dari Universitas Indonesia, Kartika Sari dalam sebuah edukasi publik menekankan bahwa kegagalan mencapai massa tulang puncak yang optimal di usia muda akan meningkatkan risiko osteoporosis secara drastis di usia lanjut. Inilah sebabnya, membatasi minuman manis sejak dini menjadi investasi kesehatan jangka panjang.

Cara mengurangi ketergantungan minuman manis

Gula kerap disebut sebagai zat adiktif karena mudah memicu keinginan berulang, meski tidak memberikan rasa kenyang. Untuk mengurangi konsumsinya, beberapa langkah sederhana bisa dilakukan:

• Ganti minuman manis dengan air putih atau infused water.

• Konsumsi buah segar seperti apel, alpukat, atau beri saat ingin rasa manis.

• Biasakan memasak sendiri agar tak bergantung pada minuman kemasan.

• Cermati label gizi, termasuk nama lain gula seperti fruktosa, sukrosa, atau sirup jagung.

• Perbanyak asupan protein untuk membantu menekan keinginan mengonsumsi gula.

(tis)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK