Jakarta, CNN Indonesia -- Media di Inggris,
Mirror, sempat membuat judul 'Cristiano Ronaldo membuktikan ia jenius dengan tak tampil pada laga Inggris vs Portugal'.
Pada laga persahabatan di Stadion Wembley, Kamis (2/6) malam waktu setempat, Portugal kalah tipis 0-1 dari skuat arahan Roy Hodgson, tanpa kehadiran Ronaldo.
Sebuah judul yang menyiratkan sindiran tajam kepada Portugal yang tak bisa lepas dari ketergantungan mereka kepada penyerang Real Madrid tersebut.
Pelatih Portugal, Fernando Santos, sendiri pernah mencoba merespons kritik bahwa betapa pun sentralnya peran Ronaldo, kerja sama tim yang memainkan peran utama di sepak bola.
Namun, sosok kebintangan Ronaldo, memang tak bisa dimungkiri membuat ketergantungan Portugal tak pernah pudar.
Ketergantungan Portugal terhadap CR7 bukan hanya karena kualitasnya, tapi karena kehadirannya yang terus menerus kendati ada perubahan dalam skuat.
Tentu bukan perkara bagus bagi Portugal karena sukses atau tidaknya banyak dipengaruhi oleh performa sang bintang mereka.
Santos memang bukan tanpa upaya untuk melakukan perubahan demi mengurangi ketergantungan tersebut. Sama seperti pendahulunya, ia mencoba menyisipkan sejumlah talenta muda pendatang baru dan mempertahankan beberapa pemain berpengalaman.
Salah satu muka baru yang diharapkan bisa membawa banyak perubahan adalah masuknya gelandang berusia 18 tahun Renato Sanchez.
Pemain yang baru saja dibeli Bayern Munich sebesar €45 juta itu diyakini mampu membawa tenaga baru di lini depan. Dengan usianya yang masih sangat muda, Sanchez memiliki kekuatan, kecepatan dan sangat cekatan dalam melakukan tackle.
Kebuasan Sanchez di lini tengah diharapkan bisa menjadi penyokong serangan dan memberikan suplai kepada Ronaldo sebagai ujung tombak tim.
Sisanya adalah pemain berpengalaman yang masih diboyong Santos macam bek AS Monaco, Ricardo Carvalho, Nani (Fenerbahce), dan Joao Moutinho (AS Monaco).
Lebih PragmatisBagi Santos, ini merupakan masa-masa transisi yang berat setelah menggantikan Paulo Bento di kursi kepelatihan.
Berbeda dengan pendahulunya yang keras kepala dengan strategi menyerang, Santos lebih pragmatis dalam menyusun filosofi bermain. Salah satu ciri permainan Portugal saat ini adalah permainan umpan-umpan langsung ke jantung pertahanan lawan.
Jika sebelumnya 4-2-3-1 menjadi corak Portugal, di bawah komando Santos, mereka kembali ke pola 4-4-2.
Di ujung tombak salah satunya dipercayakan kepada Ronaldo. Yang menarik, pemain yang posisi aslinya sebagai gelandang, Joao Moutinho, bisa dipaksakan sebagai ujung tombak menemani Ronaldo.
Sedangkan di sisi sayak kiri dan kanan tetap dipercayakan kepada Joao Mario dan Nani. Nani yang berada di sayap kanan perannya pun bisa bergantian menjadi ujung tombak
Sedangkan lini tengah ada Sanchez dan Carvalho yang menjadi penyeimbang dalam bertahan dan menyerang.
Di belakang, ada kuartet Eliseu, Pepe, Bruno Alves, maupun Cedric yang siap menjadi tembok pertahanan Portugal.
Daya gempur Portugal bisa menjadi senjata utama kesebelasan tersebut pada Piala Eropa 2016. Selain Nani dan Ronaldo, masih ada nama Ricardo Quaresma di lini depan yang memiliki kecepatan tinggi dalam menggiring bola.
Tak sedikit lini depan di Portugal yang merupakan para jago tembak yang mampu menyarangkan bola dari sudut sempit sekali pun.
Sebaliknya, titik terlemah Portugal justru ada dalam pertahanan mereka. Apalagi, jika mereka masih saja bergantung pada komando Carvalho yang sudah berusia 38 tahun tersebut, merupakan hal buruk bagi mereka.
Mungkin ini pula yang membuat Santos akhirnya berkompromi untuk menerapkan strategi pragmatis atau menekankan hasil, demi menutupi kelemahan di timnya.
(bac)