Pemimpin Ultras Rusia Kembali Ditangkap

Vetriciawizach | CNN Indonesia
Selasa, 21 Jun 2016 11:48 WIB
Hanya tiga hari berselang setelah dideportasi ke Moskow, pemimpin kelompok garis keras suporter Rusia kembali datang ke Perancis dan ditangkap lagi.
Sempat terjadi bentrok antara suporter Rusia dan Inggris di kota Marseille. (REUTERS/Jean-Paul Pelissier)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pemimpin kelompok suporter garis keras Rusia yang terafiliasi dengan kelompok kanan, Alexander Shprygin, kembali ditangkap kepolisian Perancis dan terancam dideportasi untuk kali kedua dalam waktu tujuh hari terakhir.

Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Perancis, Pierre-Henri Brandet, mengatakan bahwa Shprygin ditahan di stadion di kota Toulouse, hanya tiga hari berselang setelah ia dideportasi dari Perancis.

Sebelumnya ia ditangkap dan dituduh terlibat dalam aksi kekerasan yang terjadi di kota Marseille ketika suporter Rusia menyerang kelompok pendukung Inggris. Total 20 pendukung Rusia dipulangkan dari Perancis ke Moskow karena aksi itu.

"Ditangkap malam ini di Stadion Toulouse, Alexander Shprygin ditempatkan di tahanan dan situasinya akan diselesaikan, baik dengan cara administratif atau dengan prosedur yudisial," kata Brandet, seperti dikutip dari The Guardian.

Setelah dideportasi pekan lalu, Shprygin dilarang untuk memasuki Perancis namun visa Uni-Eropanya tidak ditahan. Ia sempat mengunggah foto lewat akun media sosialnya ketika sedang bersama dengan beberapa pria yang disebutnya sebagai konsul Rusia, di dekat stadion Toulouse.

Shprygin sendiri duduk di komisi pemerintahan Rusia yang menyiapkan Moskow untuk Piala Dunia 2018. Ia mengakui pernah mengunggah foto simbol-simbol kelomopok kanan, namun menegaskan bahwa dirinya atau organisasinya tidak bersikap rasis.

Organisasi yang dimpimpil Shprygin sendiri diakui secara resmi oleh Uni Sepak Bola Rusia, dan pernah bekerja sama dengan pemerintah Rusia.

Keterkaitan Shprygin dengan pemerintah Rusia sempat menimbulkan teori bahwa keberadaan suporter garis keras (hooligans) mendapatkan restu Kremlin dan juga jadi bagian kampanye untuk menciptakan suasana perang.

Bagi pihak di luar Rusia, kerusuhan itu akan terlihat sebagai unjuk kekuatan, sementara di dalam negeri bisa menjadi kampanye untuk menunjukkan bahwa negara-negara Eropa memiliki sikap antipati terhadap Rusia.

Kepala operasi pengamanan Piala Eropa 2016 dari kepolisian Inggris, Mark Roberts, mengatakan bahwa aksi kerusuhan di Marseille adalah penyerangan paling serius dan terkoordinasi yang pernah ia lihat dalam masa 10 tahun mengurusi soal kekerasan di sepak bola.

Ia mengatakan bahwa saksi mata dari kepolisian Inggris melihat sekitar 150 pendukung Rusia membawa peralatan seperti pelindung gigi dan juga sarung tangan yang biasa digunakan dalam pertarungan seni bela diri.

(vws)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER