Jakarta, CNN Indonesia -- Laga sengit antara dua raksasa sepak bola Eropa, Jerman dan Italia, akan tersaji di babak perempat final Piala Eropa 2016, Minggu (3/7) dini hari WIB.
Selain menjadi ajang adu cerdas dua arsitek andal dalam diri Joachim Loew bersama Jerman dan Antonio Conte di Italia, laga kedua negara itu juga menjadi pembuktian siapa pemilik pertahanan terbaik di ajang empat tahunan ini.
Jerman merupakan satu-satunya tim yang belum pernah kebobolan sejauh ini. Manuel Neuer masih menjaga keperawanan gawangnya saat menghadapi Ukraina, Polandia, Irlanida Utara, dan terakhir Slovakia.
Sedangkan, Italia adalah negara yang selalu identik dengan pertahanan solid. Bashkan lebih dikenal dengan gaya 'catenaccio' nya.
Dari komposisi pemain, kedua tim sama-sama memiliki pemain kelas dunia yang menjadi nyawa di lini pertahanan masing-masing tim.
Jerman memiliki Neuer yang terbukti sangat gesit mengamankan gawangnya. Sedangkan, Italia juga memiliki seorang Gianluigi Buffon, yang tak tergoyahkan di bawah mistar Gli Azzurri.
Sedangkan di jantung pertahanan, Die Mannschaft memiliki Jerome Boateng dan Mats Hummels, yang didampingi mobilitas tinggi Joshua Kimmich dan Jonas Hector.
Di lain pihak, Italia memilih tetap menggunakan skema tiga pemain bertahan yang dihuni trio Juventus: Andrea Barzagli, Leonardo Bonucci, dan Giorgio Chiellini.
Beda Taktik PertahananSama-sama memiliki barisan pertahanan yang solid, Jerman dan Italia mengadopsi gaya permainan yang jauh berbeda dalam hal bertahan.
Satu hal yang turut menjadi sorotan Mats Hummels yaitu menyoroti tingginya garis pertahanan di antara kedua tim.
"Italia memilih bertahan lebih ke dalam dan garis pertahanan mereka biasanya diasosiasikan dengan gaya catenaccio," ujar Hummels seperti dilansir situs resmi UEFA.
"Sedangkan kami bertahan dengan garis pertahanan yang tinggi dan selalu mencoba menekan pemain lawan sejauh mungkin dari gawang kami dengan cara counter-pressing."
Pandangan Hummels memang terbukti di atas lapangan. Sulit rasanya kita akan melihat Buffon berdiri hingga tengah lapangan ketika Italia sedang menyerang, seperti yang acapkali dilakukan Neuer saat Jerman sedang memegang bola.
Selain itu, pressing tinggi juga akan menyulitkan pemain Italia sendiri yang tak lagi muda, lantaran garis pertahanan tinggi akan menyisakan ruang yang sangat bebas di antara trio bertahan dan Buffon.
Hal itu berbeda dengan komposisi skuat Jerman saat ini, yang memiliki pemain di usia yang lebih prima dan juga kecepatan untuk menutup ruang berlebih di antara lini pertahanan dan kiper.
Namun, satu hal krusial yang masih harus dibuktikan Jerman adalah fakta bahwa mereka belum berhadapan dengan tim kuat yang memiliki segudang amunisi yang siap mengancam gawang Neuer.
Tanpa memandang remeh lawan-lawan Jerman hingga ke babak perempat final, Die Mannschaft sejatinya tak banyak menemukan rintangan sesulit yang harus dihadapi Italia.
Pasalnya, Italia dua kali telah berhadapan dengan tim papan atas Eropa, Spanyol dan Belgia. Serta melewati resistensi Swedia dan Irlandia yang tampil ngotot. Sebuah fakta yang disadari betul arsitek Jerman, Joachim Loew.
"Dengan segala hormat, lawan kami sejauh ini bukanlah tolok ukur. Kami selalu menyerang sejak awal dan tim lawan terpaksa memainkan bola panjang," ujar Loew.
"Tapi hal itu tak mungkin terjadi lagi. Kini, kualitas yang lebih baik menanti kami."
Lantas, siapakah yang patut dilabeli pertahanan terbaik di Piala Eropa kali ini? Apakah Jerman dengan garis pertahanan tinggi atau Italia yang lebih tradisional?
Laga di Stade Matmut-Atlantique, Bordeux, akan menjadi jawabannya.
(jun)