Jakarta, CNN Indonesia -- Lagu daerah adalah kekayaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Tapi sayang, kesannya yang kuno membuat lagu daerah ditinggalkan terutama oleh generasi muda.
Tjut Nyak Deviana Daudsjah ingin menaikkan pamor lagu daerah terutama di mata bangsa sendiri. Berbekal ilmu yang dia peroleh dari Musikhochshcule Freiburg Jerman pada tahun 1977 itu, Deviana ingin mengangkat citra lagu daerah.
Bersama sejumlah musisi tanah air seperti Trio Lestari, Deviana membuat album berjudul
Symphonic Tales of Indonesia. Sepuluh lagu daerah dalam album tersebut akan diiringi oleh orkestra.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Aransemen musik dibuat oleh Tjut Nyak Deviana Daudsjah. Deviana, perempuan berdarah Aceh yang bertitel sebagai Profesor musik tersebut memilih secara selektif lagu-lagunya dalam waktu satu bulan.
Menurutnya tidak semua lagu daerah dapat dipadankan dengan orkestra, maka perlu dipilih lagu apa saja yang dapat dibawakan lebih baik dengan orkestra.
Pengerjaan album seperti proses latihan dan rekaman dilakukan di Jerman secara efektif dalam waktu tiga hari. Perempuan yang mendalami piano klasik dan komposisi musik tersebut memboyong pemain orkestra Jerman dalam pengerjaan album ini.
“Saya senang saat saya memberikan contoh lagu
Yamko Rame Yamko, di Jerman mereka bilang lagu ini sulit dimainkan. Jadi intinya lagu daerah kita juga bisa loh sulit dimainkan,” kata perempuan yang pernah menjadi rektor perguruan tinggi Musik Internasional Music College (Jazz & Rockschulen Freiburg) di Jerman pada 1990 hingga 1995 itu.
Persamaan lagu daerah dan Jackie Chan Album yang juga didukung oleh pemerhati budaya Gita Wirjawan ini disebut sebagai langkah yang tepat untuk menggaet warga asing yang menikmati musik orkestra.
Gita membandingkan lagu daerah Indonesia seperti film
Rush Hour. Hollywood sengaja menggunakan Jackie Chan untuk membuat orang Asia tertarik menonton, sehingga nantinya ada
Rush Hour 2 dan selanjutnya.
“Sama saja dengan ini, saat warga asing mengatakan lagu kita bagus itu akan sangat berarti, yang nantinya akan membuat kita dapat melanjutkan album-album berikutnya,” ujar Gita menjelaskan.
Pembawaan lagu-lagu daerah dengan orkestra ini juga sebagai upaya Deviana untuk memadukan lagu-lagu yang kurang diapresiasi di abad 21 ini agar dapat diterima oleh berbagai kalangan.
Dikerjakan oleh musisi JermanProses pembuatan album yang dikerjakan oleh sejumlah musisi Jerman ini mengundang pertanyaan, mengapa tidak dikerjakan oleh musisi Indonesia?
“Bukan berarti musisi kita tidak mampu, tetapi saya memilih pengerjaan yang lebih cepat dan saya sendiri sudah berteman baik dengan mereka,” kata Deviana.
Selain itu, menurut Deviana musisi Indonesia sudah mampu, tetapi ia ingin bekerja dengan musisi yang lebih disiplin dan tepat waktu seperti pemain orkestra di Jerman.