FILM DOLPHIN TALE

Dilema Lumba-lumba di Balik 'Dolphin Tale'

CNN Indonesia
Selasa, 16 Sep 2014 14:00 WIB
Film Dolphin Tale melambungkan nama Winter, lumba-lumba berekor prostetik yang harus belajar berenang. Kehidupan nyatanya tak seindah dalam film.
Winter, lumba-lumba bintang utama Dolphin Tale.
Jakarta, CNN Indonesia -- Film Dolphin Tale yang dirilis tahun 2011 melambungkan nama Winter, lumba-lumba berekor prostetik yang harus belajar berenang. Berkat kisah mengharukan Winter, Dolphin Tale dianggap sebagai film keluarga yang manis dan tidak berlebihan mengeksplorasi kesedihan.

Film itu sukses besar. Jumat (12/9), sekuelnya--Dolphin Tale 2--dirilis di Amerika Serikat.

Namun, kehidupan nyata Winter tidak seindah dalam film. Bahkan ketenaran Hollywood tidak dapat membuat Winter lolos dari permainan politik akuarium. Ada pihak yang berambisi mendirikan rumah baru bagi Winter. Dikhawatirkan, Winter justru jadi objek eksploitasi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lagipula, pendirian rumah baru yang lebih layak, disinyalir membutuhkan dana besar dan berpotensi membuat Winter menjadi objek pertunjukan seperti dalam taman-taman hiburan lainnya.

“Winter tidak bisa melakukan pertunjukan semacam itu. Kita tidak ingin menampilkan pertunjukan seperti itu,” kata CEO Clearwater Marine Aquarium, David Yates. Clearwater Marine merupakan rumah sakit hewan yang menjadi tempat pengambilan gambar Dolphin Tale dan Dolphin Tale 2.

Dulunya, rumah sakit itu merupakan bekas pabrik pengolahan limbah.

Yates berkata melanjutkan, “Kami tidak terlalu peduli dengan pertunjukan-pertunjukan besar.”

Dilema lumba-lumba

Dilema Winter bermula saat kerumunan wisatawan datang dengan kamera untuk melihat bintang film yang berakting bersama Harry Connick Jr., Ashley Judd, dan Morgan Freeman itu. Setelah film dirilis, Clearwater Marine memang menjadi daya tarik baru di barat Florida.

Dari jumlah pengunjung 100 ribu per tahun, menjadi 750 ribu per tahun.

“Sekarang terlalu penuh di sini,” kata Yates. Ia menambahkan, sepertiga pengunjung adalah anak penyandang cacat atau keluarga yang terinspirasi kisah Winter.

Kesempatan untuk melihat langsung Winter pun dijadikan rencana liburan oleh berbagai keluarga saat berkunjung ke Florida.

“Kami berdua sudah kehilangan ibu kami, dan kami melalui banyak hal sulit. Tetapi kami tidak menyerah,” kata Destany Main (17) saat mengunjungi Winter dengan adik sepupunya, Macy (8). Keduanya termasuk orang-orang yang terinsipirasi kisah Winter.

Menurut beberapa pihak, perkembangan pesat dari segi kunjungan tidak diiringi dengan perbaikan soal fasilitas. Kesuksesan film yang bisa meraup US$ 72,3 juta (sekitar Rp 863 miliar) di Box Office domestik tidak membantu pengembangan situs.

Banyak fasilitas yang masih ketinggalan zaman. Tidak ada tempat penjualan tiket, pusat makanan, juga akses memadai untuk kaum disabilitas. Lonjakan kehadiran yang akhirnya menutupi itu. Setidaknya, saat ini UGD untuk penyu dan dek rehabilitasi lumba-lumba sudah diperbaiki.

Sayang, banyaknya pengunjung juga menimbulkan spekulasi lain. Bukan hanya soal ekspansi yang dianggarkan mencapai ratusan juta dolar, tetapi juga banyaknya insiden cedera yang dialami pelatih. Keamanan atraksi pun menjadi pertanyaan dunia internasional.

Belum lagi, makhluk laut itu sendiri akan stres jika terus hidup di tempat kecil.

Penjaga Winter baru-baru ini menyerukan revisi ekspansi akuarium dengan dana US$ 68 juta (sekitar Rp 811 miliar), dengan menghilangkan pengajuan pembangunan bangku stadium.

Dengan adanya sekuel Dolphin Tale, fasilitas itu memiliki harapan baru. Sebab, ada tambahan lumba-lumba baru sebagai pendamping Winter dalam sekuel film itu. Lumba-lumba mungil bernama Hope akan menemani Winter.

Dolphin Tale 2 dianggap lebih menyoroti motto akuarium: ’Menyelamatkan, Merehabilitasi, dan Melepaskan’. “Dari sisi penggalangan dana, ini lebih sesuai dengan visi kami,” kata Yates.

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER