MIGRASI KE MUSIK INDIE

Sandhy Kembali untuk Terbang Tinggi

CNN Indonesia
Jumat, 26 Sep 2014 12:46 WIB
"Go internasional is if your music or your song are played in the radio in the certain country," kata Sandhy Sondoro.
Peluncuran album 'Vulnerability' dari Sandhy Sondoro di Cafe Rolling Stones, Jalan Ampera, Cilandak, Jakarta, Rabu (24/9)
Jakarta, CNN Indonesia --
Saat jeda usai peluncuran album Vulnerability, Sandhy Sondoro rehat sejenak di sofa sebuah kafe musik. Petang itu jarum jam menunjuk angka 19.00, satu jam ke depan dia sudah harus harus naik pentas lagi di hadapan para pengagumnya.

Tapi Sandhy tidak keberatan ada ‘nyamuk’ lain datang untuk bertanya apapun. Dia mencari sofa lain di tempat yang lengang. Di depan orang asing, lelaki ini tak banyak berbasa-basi.

Seolah langsung menyodorkan telinganya, dia menunggu pertanyaan singgah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sandhy adalah seniman sejati, mungkin itu yang nyata dari dirinya jika diselami lebih dalam. Atas nama independensi berkarya pula lah Sandy mengakhiri kerjasamanya dengan sebuah label musik internasional, dan berlabuh di label musik indie, Demajors.

Sejak dulu, lelaki ini mengikuti panggilan hatinya. Dia datang ke Jerman pada 1993 untuk belajar arsitektur. Selama di Berlin Sandhy mencari uang tambahan dengan menjadi musisi jalanan.

Bertahun-tahun trotoar menjadi tempatnya menopang hidup. Sandhy lalu mulai merintis kariernya bernyanyi di bar dan kafe. Dia tidak menyelesaikan sekolah arsitekturnya, dan meneruskan ke bidang desain interior. 

"Dari titik itu saya sudah menentukan sikap untuk berkarir di musik. Musik memang sudah menjadi panggilan jiwa saya," kata musisi soul blues tersebut. Lelaki ini sudah teguh pada pilihannya, dia terus memilih jalur musik meskipun selama bertahun-tahun didera hidup yang sulit.

"Sepuluh tahun enggak punya duit, tapi alhamdulillah enggak ada hutang," ucap suami Ade Fitria Sechan dan ayah dari Aeshan Sachiarputra Soendhoro tersebut berkelakar.

Sikap kakunya mulai mengendur saat bercerita. Sepanjang hidup di Jerman sebagai musisi Sandhy mengatakan hidupnya hanya untuk gali lubang dan tutup lubang.

"Walaupun saya kuliah di interior design, tapi saya mencari nafkah hanya lewat musik," katanya.

Di Jerman, Sandhy mulai dikenal setelah ikut kontes menyanyi di sebuah program talkshow populer SSDSSSWEMUGABRTLAD yang dibawakan oleh Stefanie Heinzmann di televisi ProSieben pada 2007. Acara tersebut mengangkat popularitas Sandhy di Jerman.

"Kenapa saya ikut acara tersebut karena saya bisa membawakan lagu saya sendiri. Saya orang yang tidak bisa diatur oleh orang lain, itu sudah jadi karakter saya," ucap musisi yang dipercaya menyayikan lagu Divine Intervention karya komposer dunia Diane Warren tersebut.

Walau sebelumnya banyak menggubah lagu, tapi belum ada terobosan berarti bagi musisi ini.     

Di tengah keterpurukan saat tinggal di Jerman, dia dikuatkan oleh para senior musik di Jerman. "Saya anggap mereka tetua saya," katanya. "Jangan pernah putus semangat Sandhy karena kamu adalah musik, you are music," ujarnya mengingat ucapan para musisi jazz tersebut.

Terbukanya pintu kesuksesan

Sandhy merasa mendapat tempat di Jerman. Apalagi setiap kali dia selesai bernyanyi, Sandhy selalu mendapat respons luar biasa.

"Dan feedback setiap saya habis bermain, mereka tidak cuma that was good…tapi 'oh Sandhy kamu hebat sekali!'" kata Sandhy sambil memeragakan dirinya yang seolah sedang dipeluk. Kali ini Sandhy bercerita dengan ekspresif. 

Dari situ, tawaran untuk tampil di acara-acara televisi pun mulai banyak. Lalu pada 2008, musisi yang selalu ditemani gitar ketika bernyanyi itu mengeluarkan album Why Don't We di bawal lebel indie Revolver di Berlin.

Berangkat dari situ, Sandhy mulai menerima tawaran untuk tampil di acara-acara musik televisi lainnya. Tahun 2008, dia mengeluarkan album indie Why Don’t We yang mendapat banyak komentar di surat kabar. Lagu-lagunya menjadi favorit di sejumlah radio-radio utama di Eropa.

Produsernya lalu mendorong Sandhy untuk mengikuti festival New Wave di Jurmala, Latvia pada 2009. Acara musik tersebut begitu berpengaruh hingga menarik minat begitu banyak penonton.

Penampilan Sandhy membuat para juri terpesona, apalagi di saat dia membawakan lagu ciptaannya sendiri End of The Rainbow. Dia pun memenangi ajang bergengsi tersebut.

Kabar kemenangan Sandhy di festival tersebut menggema sampai ke Tanah Air. Sandhy lalu diundang manggung di sejumlah tempat di Indonesia.

Sandhy pulang ke Indonesia untuk mendistribusikan albumnya. "Saya ingin juga dong seperti Anggun," ucap lelaki 40 tahun tersebut. "Setelah ikut New Wave Festival di Latvia, dan jadi juara. Indonesia baru melihat saya, 'wah siapa orang ini?'" kata Sandhy yang baru menulis lagu Indonesia pertamanya Malam Biru setelah itu.

Karier menjanjikan di Tanah Air

Meski Jerman sebagai tempatnya merintis karier begitu berarti, Sandhy merasa berkarier di Indonesia lebih menjanjikan daripada di negara yang dipimpin Angela Merkel tersebut. Dia banyak mendapat tawaran untuk pentas off-air.

"Intinya banyak miliarder di Indonesia yang berani mengeluarkan uang mahal buat mengundang orang menyanyi," kata Sandhy menjelaskan alasan kepulangannya berkarier di tanah kelahirannya. 

"Kalau di Jerman, semakin kaya orang, semakin mereka berpikir untuk mengeluarkan duitnya karena pajak yang tinggi." 

Keuntungan menjadi musisi di Indonesia lebih banyak menurut Sandhy. "Musisi kelas dunia saja lari ke Indonesia untuk tampil di sini semua. Sekarang kenapa saya enggak main di sini, banyak duitnya!" 

Dua tahun sekali Sandhy akan kembali ke Jerman, terutama Berlin. Di negeri Eropa Barat tersebut dia selalu diminta untuk tampil. Menurutnya label 'go internasional' yang kerap diklaim banyak musisi tidak sekedar tampil di depan para TKI atau mahasiswa Indonesia di luar negeri.

"Go internasional is if your music or your song are played in the radio in the certain country. Dan alhamdulillah lagu saya masih sering diputar di radio di Jerman," kata Sandhy. 

"Saya warga negara Indonesia yang mempunyai visa Jerman unlimitted." Itu membuat musisi Indonesia tersebut berhak mendaftarkan lagu-lagunya di Jerman. Sandhy pun berharap agar karyanya dapat terus hidup dan menginspirasi banyak orang, tidak hanya di Indonesia, tapi juga jauh di negeri Eropa sana.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER