FILM BARU

Steve McQueen Buat Film Rasialisme Lagi

CNN Indonesia
Rabu, 19 Nov 2014 14:31 WIB
Usai sukses menggondol Piala Oscar lewat 12 Years a Slave, sutradara Steve McQueen menyiapkan film baru. Filmnya masih tentang perjuangan kulit hitam.
Steve McQueen, sutradara 12 Years a Slave (Getty Images/Michael Buckner)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sukses menggenggam Piala Oscar lewat film 12 Years a Slave tidak membuat sutradara Steve McQueen berleha-leha. Mengutip The Guardian, pria kulit hitam itu sudah mulai menyiapkan film baru.

Filmnya tak jauh-jauh dari isu rasialisme yang juga diangkat dalam 12 Years a Slave. McQueen akan membuat film tentang Paul Robeson, aktor, penyanyi, dan aktivitas kulit hitam asal Amerika.

McQueen berkata, membuat film itu sudah menjadi impiannya sejak lama.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kehidupan dan warisannya adalah film yang ingin saya buat setelah Hunger. Tapi saya tidak punya kekuatan, saya tidak punya inti ceritanya," kata McQueen pada publik dalam Hidden Heroes Awards.

Itu ajang yang diselenggarakan Andrew Goodman Foundation. Nama lembaga itu diambil dari salah satu korban pembunuhan Ku Klux Klan di Mississippi tahun 1964. Acara itu dibuat di New York.

Hunger yang disebutkan McQueen, merupakan debutnya. Film itu berkisah soal Bobby Sands, penggagas mogok makan dalam Irish Republican Army.

Soal film impiannya, McQueen melanjutkan, sudah ia pikirkan sejak usia 14 tahun. Itu kali pertama ia mengenal Robeson. Perkenalannya hanya lewat buku dan artikel yang diberikan salah satu tetangganya.

"Itu tentang pria kulit hitam di Wales yang bernyanyi bersama para buruh tambang," kata McQueen mengenang. Baginya yang waktu itu masih remaja, tingkah Robeson terasa asing dan aneh.

"Setelah itu, saya menemukan orang ini ternyata luar biasa," ujarnya melanjutkan.

Menjadi anak seorang budak yang dilepaskan, Robeson muda hidup melampaui garis nasib. Menyerah pada pekerjaan biasa karena sering mengalami rasisme, Robeson akhirnya memilih meniti karier di bidang hiburan. Ia berakting dan menyanyi.

Belakangan, panggung-panggung itu yang justru melambungkan popularitas Robeson. Namun, ia tak pernah lupa masa lalunya. Sembari menjadi figur publik, ia sekaligus menggaungkan kampanye antirasis dan ketidakadilan sosial.

Perjalanan hidup Robeson pernah melewati kerikil tajam. Ia pernah disebut komunis, masuk daftar hitam studio film dan panggung konser, sampai penolakan paspor untuk pergi ke luar negeri.

McQueen ingin menjadikan pengalaman Robeson itu sebagai inti dari filmnya. Beberapa sahabat Robeson yang masih ada, akan diikutsertakan.

Harry Belafonte, salah satu sahabat Robeson bertemu langsung dengan McQueen di New York Film Critics Awards. "Kami seperti sama-sama terbakar. Saya tidak pernah berpikir akan mendapat teman baru. Dia sudah 87 tahun, tapi saya sangat bahagia. Dia pria luar biasa," ujar McQueen.

Bahkan, Belafonte lah yang memberi penghargaan Media Hero untuk McQueen, Senin malam lalu.

"Saya segera berusia 88 tahun. Dengan jujur saya katakan, saya sangat terhormat bisa hidup selama ini untuk menyaksikan seorang pemuda yang memberi kita kemurnian seni di film," ucap Belafonte.

Ia mengungkapkan kekagumannya terhadap 12 Years a Slave. Katanya, "Tanpa 'memutar lidah', itu adalah gambar terbaik dengan pendalaman dan pembuktian soal kehidupan kulit hitam, orang kulit hitam, perjuangan kulit hitam, dan kekuatan kulit hitam."

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER