SENGKARUT INDUSTRI MUSIK

Tambur Perang di Industri Musik Modern

CNN Indonesia
Minggu, 23 Nov 2014 09:00 WIB
Spotify dianggap musuh besar dunia musik modern. Musisi beramai-ramai mencabut lagunya dari sana. Tapi, Spotify juga dianggap sebuah jalan keluar.
Ilustrasi musik
Jakarta, CNN Indonesia -- Disadari atau tidak, ada pesar besar yang tengah berlangsung di industri musik dunia, hari ini.

Di satu sisi, ada Taylor Swift. Penyanyi perempuan populer yang baru hijrah dari musik country ke pop. Tak hanya cantik dan selalu bergaya trendi, Swift juga mahir bermusik. Karena idealismenya itulah, ia mencabut album 1989-nya dari Spotify.

Di sisi berlawanan, ada Spotify itu sendiri. Servis musik terbesar, penyedia lagu dalam jumlah tak terbatas. Untuk mendengarkan jutaan lagu dengan mudah, hanya perlu membayar $ 10 atau sekitar Rp 121 ribu per bulan. Tak usah repot membeli album. Anda bisa mendengar streaming dengan biaya murah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya pikir harus ada nilai penting yang melekat pada seni. Saya tidak melihat itu saat meletakkan musik saya di Spotify," ujar Swift dalam Fox News.

Langkah Swift seperti memicu ledakan yang lebih besar. Meski sebelumnya sudah ada musisi seperti Beyonce dan Coldplay yang enggan masuk Spotify, gerakan 'walk out' Swift lebih punya pengaruh.

Setelah mantan kekasih Harry Styles itu, Justin More, Brantley Gilbert, dan Jason Aldean mengikuti jejaknya menarik diri dari Spotify.

Anehnya, meski gerakan musisi itu menggurita, Spotify tidak panik.

Dengan santai perwakilan Spotify berkata, "Kami memberi konsumen apa yang mereka inginkan, yaitu pengalaman streaming luar biasa. Kami cinta Taylor Swift, dan akan bahagia jika dia kembali. Dia punya jutaan penggemar di Spotify."

Perang pun bukan hanya milik para musisi dan Spotify. Lebih besar lagi, melibatkan label musik. Time mengalkulasi pendapatan rata-rata Spotify. Dari lagu Shake It Off milik Swift saja, Spotify mendapat US$ 280 ribu (Rp 3,3 miliar) hingga US$ 390 ribu (Rp 4,7 miliar) di bulan Oktober 2014.

Menurut pengamat musik yang diwawancara Fox News, apa yang dihadapi musisi saat ini dengan Spotify, mirip dengan perjuangan mereka melawan pembajakan sejak bertahun-tahun lalu.

Tapi sebagian menganggap, Spotify sangat menguntungkan. Jika pengunduh digital seperti iTunes membantu penjualan musik setelah program seperti Napster memudahkan pembajakan, Spotify adalah solusi atas menurunnya penjualan digital karena orang memilih menonton gratis via YouTube.

"Spotify perubahan untuk masa depan. CEO Spotify mengatakan, musuh terbesarnya adalah pembajakan. Musisi dan Spotify perlu kerja sama daripada perang, Anda harus mulai toleran di beberapa titik," kata Caleb Denison, editor Digital Trends.

Denison seperti mewakili suara para musisi independen. Mereka menganggap industri musik sekarang menggila karena terjebak pada jalan lama untuk keluar dari pendapatan yang 'mengering'.

Pendapat itu menggaungkan jalan tengah bagi perang musik masa kini. Disarankan, artis, label, dan Spotify duduk bersama merumuskan langkah ke depan. Toh, mereka punya kepentingan yang sama: memberantas pembajakan dan memajukan musik.

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER