Jakarta, CNN Indonesia -- Belakangan ini mendengarkan musik jazz di alam bebas sedang marak-maraknya. Citra mendengarkan musik jazz di dalam gedung pun sudah dipecahkan dengan adanya Jazz Gunung, ngayojazz, dan juga yang sebentar lagi hadir Banyuwangi Beach Jazz Festival.
Sigit Pramono Ketua Umum Perhimpunan Bank-Bank Nasional yang juga menjadi penyelenggara Jazz Gunung dan Banyuwangi Beach Jazz Festival menyatakan menonton pertunjukkan musik jazz di dalam gedung sudah menjadi hal biasa. Karena itu, tidak ada salahnya jika membawa jazz ke alam.
Musik jazz sendiri terlihat elit oleh masyarakat Indonesia, di mana hanya beberapa kalangan yang dapat menikmati musik ini secara live. Stigma ini yang berusaha dipatahkan oleh Djaduk Ferianto dan Sigit bahwa jazz tidak hanya dapat dinikmati di dalam gedung saja.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Masyarakat Indonesia memahami jazz itu berangkat dari ranah fusion, padahal jazz itu banyak macam-macamnya," kata Djaduk, saat ditemui
di Griya Perbanas, Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (26/11) lalu. "Tidak harus di gedung, di dalam ruangan dengan tata panggung yang mewah. Yang saya ketahui di luar negeri karena ada empat musim, kalau saat musim panas mereka bermain di luar ruangan, bahkan di dalam ruangan itu bisa saja di kafe, bisa di kereta api bawah tanah."
Menurut Djaduk stigma bahwa jazz musik elit adalah tidak benar. Menurutnya hanya di Indonesia jazz dijadikan eksklusif. "Ruang ekspresi itu tidak terbatas," kata Djaduk mengungkapkan.
Tujuan dari mengadakan acara jazz di luar ruangan sendiri agar para penonton dapat berbaur dengan masyarakat sekitar dan lingkungan yang ada. "Nantinya juga kita akan berkolaborasi dengan musik lokal yang akan dibawakan oleh Djaduk dan mudah-mudahan untuk latar belakang panggungnya kami ingin menggunakan perahu-perahu nelayan," kata Sigit.
Ia juga mengatakan bahwa di Banyuwangi Beach Jazz Festival tidak akan mengganggu lingkungan pantai. "Kami tidak membangun gedung dan lain-lain, beda dengan Jazz Gunung itu sudah ada ampitheatre-nya khusus. Pantai Boom sendiri juga dulunya ramai dan menjadi pusat bagi para nelayan," kata Sigit menjelaskan.