SENI RUPA

Antonio Blanco, Sang Perupa dan Pencinta Wanita

CNN Indonesia
Senin, 01 Des 2014 17:40 WIB
Antonio Blanco lahir di Manila, Filipina. Ia berdarah Spanyol dan Italia. Namun, hidupnya dihabiskan di Bali, Indonesia. Ia banyak melukis tubuh wanita.
Lukisan potret Antonio Blanco menjadi pembuka di Blanco Museum (CNN Indonesia/Rizky Sekar Afrisia)
Bali, CNN Indonesia -- 15 September 1911.

Kamar mandi di sebuah rumah di Manila, Filipina terpaksa didobrak. Ada perempuan melahirkan di dalamnya. Janin yang telah dikandungnya selama 11 bulan akhirnya 'meminta' keluar. Ia tak berdaya saat itu.

Meski terlalu lama di dalam perut, lebih dari janin normal yang hanya dikandung sembilan bulan, bayi itu lahir sehat. Ukuran tubuhnya memang kecil untuk ukuran bule. Tapi itu tak menghalangi sang bayi berkarya dan berprestasi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kelak, puluhan tahun kemudian, bayi itu dikenal sebagai Don Antonio Blanco. Sejak kecil, bakat seninya sudah terlihat. Ia bermain peran dan gemar menulis puisi.

Di luar itu semua, Antonio begitu mencintai sosok perempuan. Itu tak lepas dari proses kehamilan dan persalinan ibundanya yang unik.

"Papa saya itu di dalam perut 11 bulan lho. Dan nenek saya melahirkan di kamar mandi. Karena itu beliau sangat menghormati wanita," ujar Mario Blanco, putra Antonio pada CNN Indonesia di Bali, Minggu (30/11).

Antonio merupakan pelukis kebanggaan Bali. Ia lahir di Manila, serta berdarah Spanyol dan Italia. Namun jiwanya Indonesia. Sekitar 47 tahun Antonio tinggal di Bali.

Kecintaannya pada wanita, terlihat dari objek-objek lukisannya. Hampir semua yang digambar Antonio berwujud perempuan. Hampir semua juga dilukis telanjang.

Ada yang berpose di ranjang, menari Bali, bahkan berhubungan intim dan bermasturbasi. Masing-masing digoreskan dengan sapuan kuas ringan tapi intens, membentuk garis abstrak tapi indah.

Tak heran Antonio berkawan sangat karib dengan Presiden Soekarno. Keduanya sama-sama pencinta wanita. Kalau Bung Karno memilih menyampaikannya secara gamblang, Antonio bersuara lewat lukisan.

Meski begitu, Antonio bukan menghadirkan erotisme. Ia seperti pesulap yang bisa memutarbalikkan gambar erotis menjadi estetis. Ia melukis anatomi tubuh wanita dan menghargainya sebagai keindahan.

Antonio juga bukan peselingkuh. Meski modelnya kebanyakan perempuan dan telanjang, ia tetap setia pada sang istri, Ni Rondji. "Enggak mungkin, karena beliau kalau melukis harus selalu ada Bu Rondji," kata Ketut, seorang staf Museum Blanco.

Sang istri harus ada di satu ruangan. Bisa di belakang Antonio, atau di depannya. Yang penting ada dalam jarak pandang sang perupa, sebagai inspirasi utama.

Bahkan sampai akhir hidupnya di tahun 1999, Antonio masih melukis dengan dampingan Rondji di studionya.

Rondji yang seorang penari Istana, juga sering menjadi modelnya. Tentu saja, telanjang. "Itu kenapa papa saya kalau melukis studionya ditutup. Papa saya melukis di sini, ibu saya telanjang di situ jadi modelnya, rasanya tidak etis untuk anak kecil," Mario menuturkan.

Antonio memang tidak pernah mengajari anak-anaknya melukis. Kalaupun Mario mengikuti jejaknya, itu karena darah seni yang memang mengalir di tubuhnya. Antonio memilih membiarkan anak-anaknya belajar dari hasil karyanya sendiri.

Kini, beberapa hasil karya yang jumlahnya ratusan itu, tersimpan rapi di Museum Blanco. Museum itu bukti betapa Antonio telah melunasi 'utang'-nya kepada Raja Ubud. Ia memberi warna baru pada Bali, sekaligus mengenalkannya pada dunia.

Museum Blanco menjadi salah satu tujuan wajib wisatawan ke Ubud. Goresan karya Antonio di sana, menambah semarak gairah seni yang bergejolak di Ubud, Bali.

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER