Jakarta, CNN Indonesia --
Hari ini, 8 Desember, adalah hari berkabung bagi para penggemar berat The Beatles di seluruh dunia. Pada 34 tahun silam, pentolan The Beatles, John Lennon ditembak mati di depan apartemennya di New York.
Paul Mc Cartney, bassis The Beatles, menyampaikan rasa syoknya saat mengenang peristiwa ini. John Lennon meninggal saat hubungan mereka dalam kondisi baik pasca konflik internal dalam The Beatles.
Dikutip dari
Telegraph, Senin (8/12) dalam sebuah sesi wawancara dengan televisi setempat, musisi legendaris itu berkisah tentang kondisi dirinya waktu mendengar kabar tragis itu. Paul yang waktu itu sedang berada dirumah, sangat terkejut begitu mendapat kabar penembakan Lennon.
"Itu sangat mengerikan, Anda tidak dapat menerimanya begitu juga saya. Selama beberapa hari saya syok dan tidak percaya ia (Lennon) telah tiada," kata Mc Cartney.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Hal itu adalah sebuah kejutan pahit yang besar, saya lalu menceritakannya pada Linda (istri Mc Cartney) dan anak-anak saya. Itu sangat sulit. Sangat sulit bagi semua orang," ucap Mc Cartney menambahkan.
Satu hal yang menyesakkan dada pria 72 tahun itu adalah kenyataan bahwa Mark David Chapman, penembak Lennon tidak memiliki motivasi jelas saat menembak.
"Frase yang selalu muncul di kepala saya tentang Chapman, dia orang brengsek dari semua yang paling brengsek. Dia adalah seorang brengsek, bukan seorang bermotif politik. Penembakan itu adalah acak," tukasnya.
Mc Cartney dan John Lennon sempat mengalami hubungan buruk. Malahan, pada tahun 1970 ketegangan di antara mereka memicu perpecahan di The Beatles. Namun, Mc Cartney menyampaikan bahwa sebelum Lennon tertembak, hubungan mereka berdua sudah kembali pulih.
"Memiliki hubungan yang terus memburuk dengan dia (Lennon) dan kemudian dia mati terbunuh akan menjadi hal paling buruk di dunia ini. Saya orang yang sangat beruntung, karena sebelum dia meninggal hubungan kami telah kembali baik. Kami berteman baik," katanya.