TREN INVESTASI

Kaum Berduit Pilih Paspor ketimbang Benda Seni

CNN Indonesia
Senin, 15 Des 2014 21:01 WIB
“Orang kaya di negara-negara sarat konflik ingin memiliki opsi kedua menetap di negara lain yang jauh lebih stabil.”
Ilustrasi paspor. (CNN Indonesia/ Dok.https://www.neue.no/pass)
Jakarta, CNN Indonesia -- Belakangan ini, kalangan berduit di dunia tak lagi peduli soal investasi saham, properti, atau benda seni bernilai tinggi. Mencuplik tulisan Robert Frank yang dimuat di laman NY Times, hari ini (15/12), kini sebagian mereka lebih memilih menjadi kolektor paspor.

Seiring kian dipermudahnya perolehan visa, kaum berduit terutama di China, Rusia, dan Timur Tengah, jor-joran membelanjakan uang mereka di Amerika Serikat, Kanada, dan Australia. Tak tanggung-tanggung, mereka membelanjakan US dua miliar per tahun.

Tentu saja, kedatangan wisatawan berdompet tebal ini tak disia-siakan oleh beberapa negara, seperti Australia, Kanada, Inggris dan negara Eropa lain yang setahun belakangan ini memberlakukan visa V.I.P. yang disebut golden visa.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Orang kaya di negara-negara sarat konflik ingin memiliki opsi kedua menetap di negara lain yang jauh lebih stabil,” kata Christian H. Kalin, petinggi firma  Henley & Partners yang berbasis di London, Inggris.

“Kemapanan mereka menunjukkan keberagaman aset yang patut dilindungi. Mereka pun menginginkan keberagaman tempat tinggal. Jadi mengapa tidak menjadikan paspor sebagai potfolio mereka?” kata Kalin menambahkan.

“Program ini memberikan manfaat besar bagi oligarki Rusia, juga   orang-orang Tionghoa,” kata David Metcalf, petinggi Migration Advisory Committee di Inggris, juga guru besar London School of Economics. “Pertanyaannya, orang lain mendapat apa?”

Tahun lalu, Viviane Reding, yang sehari-hari mengurusi perkara kewarganegaraan di European Commission mengatakan, “Semestinya kewarganegaraan tidak diperjualbelikan.” Meski begitu, toh banyak juga negara yang melakukannya.

Pemerintah Malta, misalnya, menawarkan kewarganegaraan baru dengan harga 50,000 euro (lebih dari US$800,000) tanpa keharusan memiliki tempat tinggal. Yang mengasyikkan, sebagai anggota Uni Eropa, penduduk Malta bisa menjelajahi 28 negara di Eropa.

Bisa dibayangkan, berapa banyak cap di paspor si kaya, dan berapa sering ia mengganti paspornya. Namun gara-gara mendulang protes, akhirnya pemerintah menetapkan tarif tambahan yang nilainya selangit, antara lain untuk perumahan.

Agaknya uang memang tak menjadi masalah bagi si kaya. Menurut Kalin, setidaknya lebih dari 200 investor siap menggelontorkan dana lebih dari US$ 200 juta. Pemerintah Inggris pun berhati-hati menyeleksi calon warga barunya.

“Bila sebuah negara memiliki program berkualitas,” kata Kalin, “bakal menarik minat orang-orang yang tepat.” Keuntungan juga ditawarkan pemerintah Australia bagi si kaya yang berminat menghuni Negeri Kanguru.

Golden visa memang menguntungkan negara penyelenggara. Imigran kaya siap menginvestasi perusahaan baru, membeli rumah baru, dan menghamburkan uang untuk memenuhi segala kebutuhannya, dari restoran, sekolah privat, sampai staf personal.


LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER