Jakarta, CNN Indonesia -- Sebagai sutradara, Joko Anwar terbiasa memberikan arahan kepada para pemainnya. Namun kini, peran tersebut berganti. Sutradara
Pintu Terlarang itu merasakan seperti apa diatur-atur dalam memerankan sebuah peran. "Rasanya
ok, lebih gampang daripada memberikan arahan," ujar Joko sambil tertawa pada Selasa (16/12) di Kemang Timur Jakarta.
Joko Anwar menjadi pemeran utama dalam film baru besutan Richard Oh yang berjudul
Melancholy Is A Movement. Selain Joko, adapula Amink, Ario Bayu, Karina Salim, dan Fachri Albar yang ikut bergabung dalam film tersebut.
Dia mengaku, pilihannya menerima tawaran Richard sebagai pemeran utama film tersebut karena penasaran. Sutradara teater musikal
ONROP! itu juga ingin belajar menjadi aktor yang diarahkan oleh sutradara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam film karya Richard Oh, Joko harus melakoni peran sebagai sutradara. Meski kedengarannya mudah karena dia peran tersebut sama seperti profesinya. Namun, ada tantangan besar di dalamnya. Joko berlakon sebagai sutradara yang terpaksa membuat film genre religi yang selama ini dijauhinya karena himpitan ekonomi.
Tantangan bagi Joko dalam film ini adalah bagaimana memainkan tokoh yang bertolak belakang dari dirinya sendiri. "Di film ini, saya sangat filosofis, kontemplatif, sedangkan saya kan orangnya ribut," kata Joko.
Meski demikian, dia tidak menemukan kesulitan berarti. Joko tinggal mempraktikkan arahan yang biasanya dia berikan kepada para pemain dalam meresapi karakter. "Seperti ujian saja buat saya. Selama ini saya yang menyuruh-nyuruh. Nah, bisa tidak saya melakukan hal tersebut," ujar Joko.
Menurutnya, seorang aktor haruslah menuruti semua perintah sutradara. Saat di film ini, dia pun menerapkan hal serupa, mengikuti semua arahan Richard tanpa membantah. "Hasilnya enggak tahu lulus atau tidak, lihat saja di filmnya," ucap Joko seraya tertawa.