Jakarta, CNN Indonesia -- Untuk membuat sebuah film sebenarnya tidak terlalu sulit. Selain bakat dan kreativitas, juga dibutuhkan kemauan keras dan peka terhadap hal sekitar.
Banyak film-film bagus yang justru diilhami dari kehidupan sehari-hari yang kadang luput dari perhatian. Film berjudul
Sepatu Baru karya Aditya Ahmad adalah gambaran nyata bahwa karya yang bagus bisa didapatkan dari lingkungan sekitar.
Film pendek ini berkisah tentang seorang gadis kecil yang berusaha menghentikan hujan yang setiap hari turun karena ia ingin memakai sepatu barunya. Caranya dengan melemparkan celana dalam ke atas atap rumah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahkan ia sampai mencuri celana dalam tetangganya untuk ritual tersebut agar hujan tak lagi turun. Cara itu dipercaya ampuh karena sudah merupakan tradisi lama.
Adit, begitu ia disapa, mengatakan bahwa ide cerita filmnya didapatkan secara tidak sengaja. "Waktu itu musim hujan, akhirnya saya cari cerita yang berhubungan dengan hujan," kata Adit saat Media Gathering XXI Short Film Festival 2015 di Cinema21, Kota Kasablanka, Kamis (18/12).
Tentang tradisi melempar celana dalam ke atap untuk menghentikan hujan, Adit juga mengatakan pernah melihat langsung ada warga di sekitar rumahnya yang melakukan hal itu. Teringat akan hal itu, Adit pun mengangkat tradisi tersebut untuk filmnya karena ia menilai hal itu menarik.
"Buat saya melempar celana dalam ke atas genteng adalah salah satu cara menghentikan hujan yang keren," ujar sutradara asal Makassar itu.
Untuk proses pembuatannya pun, lagi-lagi Adit mengandalkan lingkungan sekitarnya. Mulai dari latar tempat sampai pemain yang merupakan teman-temannya, semua adalah bagian dari kesehariannya.
"Akhirnya dari apa yang kita punya baik itu aktor, lokasi dan bahasa, itu adalah lingkungan yang sehari-hari dilewati dan menjadi suatu kesatuan dalam cerita," tambahnya.
Dengan bekal lingkungan sekitarnya itu, kini Adit pun bergelimang prestasi. Tidak hanya berhasil memenangkan Film Pendek Fiksi Naratif Terbaik dan Film Pendek Fiksi Naratif Pilihan Media pada XXI Short Film Festival 2014, ia pun berhasil mendulang prestasi berskala internasional.
Sepatu Baru berhasil memenangkan penghargaan Film Pendek Terbaik kategori Generation KPlus di Festival Film Berlinale, Berlin dan diputar di beberapa festival film bergengsi lainnya. Berkat
Sepatu Baru pula, Aditya Ahmad mendapatkan penghargaan Best Director di Singapore International Film Festival.
Tidak jauh berbeda dengan Aditya Ahmad, Sidi Saleh pun menganggap banyak hal-hal menarik yang bisa didapatkan dari lingkungan sekitar. "Saya sebagai pembuat film sadar, Indonesia punya banyak hal yang menarik yang bisa memicu kreativitas untuk membuat film," kata sutradara film
Maryam.
Berbeda dengan Adit, film Sidi justru banyak mengundang kontroversi. Film
Maryam berkisah tentang bagaimana seorang pembantu rumah tangga bernama Maryam, bekerja di salah satu rumah keluarga Katolik. Dalam kondisi hamil, ia ditinggal sendirian untuk mengurus majikan laki-lakinya yang memiliki gangguan autis.
Suatu hari, majikannya meminta Maryam membawanya pergi merayakan Natal di Gereja. Sementara Maryam adalah seorang muslim. Akhirnya timbul sebuah konflik batin dalam diri Maryam ketika harus mengikuti prosesi misa di Gereja bersama majikannya.
Isu agama memang isu yang sangat sensitif di Indonesia. Tak ayal filmnya pun menuai kontroversi di dalam negeri. Namun di luar itu semua ternyata film
Maryam telah memenangkan banyak penghargaan.
Sidi meraih juara kategori The Orrizonti Award for Best Short Film di 71st Venice Internasional Film Festival 2014. Filmnyai ini juga pernah diputar di festival film bergengsi Sala Casino.
"Dalam membuat film itu poin utamanya, kita mencoba memberikan kontribusi, mencoba mengerti tentang dunia melalui ekspresi," kata Sidi.
Bagi Anda yang belum dan ingin menonton film
Maryam, Anda bisa menyaksikannya pada XXI Short Film Festival yang diselenggarakan pada 18-22 Maret 2015 di Epicentrum XXI, Jakarta.