Jakarta, CNN Indonesia -- Geliat perfilman Indonesia tidak dapat dilepaskan dari perkembangan bioskop. Indonesia sendiri mulai memiliki bioskop moderen terhitung sejak 1970-an.
Kini, jumlah bioskop berlayar banyak di Indonesia semakin meningkat. Tak kurang tiga eksekutor bioskop yang bermain di bisnis layar perak ini.
Catherine Keng,
corporate secretary sebuah eksekutor tertua bioskop modern menceritakan kepada
CNN Indonesia, bagaimana bioskop kini bertahan hidup di tengah naik-turunnya minat masyarakat datang ke bioskop.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Hubungan film dan bioskop saling mempengaruhi. Bila film banyak diminati, maka pengunjung pun banyak, dan bioskop dapat menambah layar untuk menampung pengunjung tersebut," ujar Catherine.
Bisnis bioskop memang mengalami dilema tersendiri. Di Indonesia, bioskop harus dikelola oleh anak negeri dan masih menutup pintu bagi investor asing guna melindungi perfilman Indonesia.
Namun menjalankan bisnis bioskop kadang tidak mudah. Di satu sisi memikirkan bisnis, di sisi lain harus mempertahankan idealisme ke-Indonesia-an.
Cobaan lain bagi bioskop: selain persaingan sesama jaringan bioskop, juga keberadaan film dalam cakram DVD dan kemudahan menonton film via internet. Catherine pun menganggap semua itu adalah tantangan yang harus dihadapi oleh perusahaan bioskopnya.
"Kami ingin masyarakat menghargai film dengan lebih baik, dengan cara membayarnya, maka kami coba tingkatkan kualitas bioskop agar masyarakat merasa puas dan layak membayar untuk menonton film.”