Jakarta, CNN Indonesia -- Film tentang kisah Musa yang melawan kekuasaan Firaun,
Exodus: Gods and Kings pernah merajai
box office. Ia bahkan mengalahkan
The Hunger Games: Mockingjay Part 1 yang unggul tiga pekan berturut-turut. Tapi di Mesir, kondisinya berbeda. Film itu justru dilarang tayang.
Itu disampaikan juru bicara 20th Century Fox, studio yang memproduksi
Exodus: Gods and Kings, seperti dilansir dari kantor berita Reuters. Namun, salah satu studio besar di Hollywood itu menolak menjelaskan alasannya. Bukan hanya di Mesir, film itu juga dilarang di Maroko.
Diduga, pelarangan itu terkait dengan isi film yang didasarkan pada kisah di Kitab Injil tentang Musa. Sebelumnya, kisah tentang Nuh dalam film
Noah juga pernah dilarang di beberapa negara muslim di Timur Tengah. Indonesia juga termasuk yang melarang pemutaran
Noah. Tapi kali ini, Indonesia menayangkan
Exodus: Gods and Kings.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Exodus: Gods and Kings sendiri berkisah soal perbudakan orang Yahudi oleh Mesir. Moses yang ternyata riwayatnya berdarah Yahudi, memberontak melawan Ramses, teman sepermainannya sejak kecil. Padahal selama ini, ia dianggap anak sendiri oleh Firaun. Ia dan Ramses juga sudah seperti bersaudara. Tapi kekejian Ramses membuatnya geram.
Dibantu Tuhan, Moses alias Musa, yang diperankan Christian Bale membawa enam ratus budak Yahudi lepas dari Mesir. Mereka melintasi Laut Merah yang dalam kitab-kitab agama dikisahkan dibelah oleh Musa. Namun di film, mereka hanya menyeberang saat arusnya surut.
Pada beberapa adegan, digambarkan Moses berbincang dengan Tuhan yang hanya bisa dilihatnya sendiri. Tuhan itu yang memberi bencana pada kaum Firaun, seperti munculnya belalang, lalat, kodok, dan sebagainya.
Di Barat, film yang disutradarai Ridley Scott itu juga menimbulkan kontroversi. Bukan soal kisahnya, melainkan aktor-aktor utama yang seluruhnya berkulit putih. Film itu juga disebut-sebut melenceng dari sejarah.
Tapi di luar itu,
Exodus: Gods and Kings cukup diminati. Mengutip Reuters, film berbujet US$ 140 juta atau Rp 1,7 triliun itu sudah menghasilkan US$ 107 juta atau Rp 1,3 triliun selama dua minggu rilis secara global.