-- Pencapaian seorang Revalina Sayuthi Temat di dunia hiburan dapat dikatakan cukup baik. Berbekal prinsip, kariernya berjalan mulus, dan namanya pun jauh dari hingar bingar isu kacangan.
Sejauh ini, Reva telah membintangi belasan judul sinetron dan film, plus enam video musik. Ia juga menjadi duta iklan beberapa produk, dari kosmetik sampai makanan.
Berkat film garapan Hanung Bramantyo ini, ia meraih penghargaan Aktris Terbaik dalam Indonesian Movie Award 2009, dan Aktris Terpuji dalam Festival Film Bandung pada tahun yang sama.
Perempuan yang pada November nanti genap berusia 30 tahun ini, pun pernah mendapatkan nominasi Pemeran Utama Wanita Terbaik Festival Film Indonesia 2013 berkat perannya di Hijrah Cinta.
Reva mengaku terus berusaha mendapatkan penghargaan paling bergengsi di ranah film Indonesia. Kiatnya, antara lain memilih karakter yang kuat dan mendalaminya dengan baik.
Ditemui CNN Indonesia di kediamannya di kawasan Rempoa, Jakarta Selatan, baru-baru ini, sang dara jelita mengisahkan transformasi dirinya: si pemalu yang kini teguh memegang prinsipnya.
Dalam sebuah kesempatan, sang ayah, Sayuthi Temat, pernah “menantangnya” meraih Piala Citra. “Reva belum memenangkannya, hanya pernah menjadi nominasi. Itu kemenangan yang tertunda."
(Baca Juga: Revalina 'Ditantang' Sang Ayah Raih Piala Citra)
Ditantang begitu, Reva tetap kalem. Ia tidak ngotot, karena menganggap penghargaan adalah bonus bagi aktor atau aktris yang bermain dengan baik.
Ia melakukan semua kegiatan dengan hati dan kalaupun mendapatkan penghargaan, itu adalah bonus dari kerja kerasnya. Jalan masih panjang, Reva akan terus belajar dan memperjuangkan impiannya.
Ketimbang meraih penghargaan, Reva lebih ngotot memegang prinsipnya: tidak ingin menjadi sekadar artis atau aktris yang tenar melalui pemberitaan “aneh-aneh.”
“Tantangan terbesar tentu dari diri sendiri,” kata perempuanberambut indah ini. “Kita mau jadi actor yang bagus dan layak diperhitungkan atau yang biasa-biasa saja.”
Reva, tentu saja, ingin bakatnya diakui dan kualitas aktingnya diperhitungkan. Juga jadi tantangan bagi Reva untuk tidak sembarangan bergaul. Memilih pergaulan adalah penting.
Sebelum menjadi model, Reva adalah sosok gadis rumahan yang pemalu. Kini, ia berani bermimpi dan mewujudkan dirinya sebagai salah satu aktris yang patut diperhitungkan karyanya.
Saat SMP, ia terpaksa mengikuti sekolah modeling milik desainer kenamaan Adjie Notonegoro guna melampiaskan kesepian akibat ditinggal ibunya, Rachmaniar Temat, beribadah di Tanah Suci.
Selepas sekolah model, Reva didaftarkan oleh sang kakak mengikuti kontes model kenamaan, GADIS Sampul. Pengalaman di dunia modelling menjadi angkah awal terjun ke dunia hiburan.
Sang kakaklah yang mempersiapkan segala keperluan gadis kelahiran 26 November 1986 ini untuk berlaga ajang pencarian bakat model kenamaan tersebut. Tahap demi tahap seleksi ia jalani. Toh tak sulit baginya untuk berpose, mengingat sudah mengantongi pengalaman sekolah modelling.
Hal terberat baginya adalah ketika harus memasuki masa karantina menuju babak final. Berada jauh dari rumah dan harus mandiri. Ketika memasuki malam penobatan, ia tidak pernah menyangka gelar terfavorit akan tersandang pada dirinya.
“Mulai dari kemenangan itulah berbagai tawaran video klip, sinetron, dan film mulai berdatangan, dan saya melakukan yang terbaik dan jalani saja, nothing to loose,” kata Reva. “Sejak itu saya berpikir, mungkin ini jalan saya.”
Dampak keikutsertaan dalam kompetisi model tersebut, kini sosok Revalina menjadi lebih terbuka, percaya diri dan berani berhadapan dengan orang baru dibandingkan ketika ia masih belia. Satu hal yang benar-benar berubah, Reva menyukai dunia hiburan yang sampai sekarang tidak ia sadari apa alasannya.
Sejumlah sinetron, layar lebar, video klip, dan iklan telah ia jalani, sejak 2001. Diawali sinetron Percikan, ia melakoni pekerjaan sebagai pemain film. Hingga namanya melejit melalui peran sinetron sebagai gadis tertindas di Bawang Merah Bawang Putih dan peran ganda protagonis-antagonis di Dara Manisku.
Belasan film layar lebar telah dibintangi, dari Pocong 2 (2006) yang langsung membuatnya menjadi buah bibir di masyarakat. Hingga yang masih segar dalam ingatan, seperti Perempuan Berkalung Sorban, Hijrah Cinta, dan Assalamualaikum Beijing yang baru saja dirilis pada 30 Desember silam.
Bermain dalam beragam karakter membuat sosok Revalina menjadi tertantang dan terus belajar. Peran sebagai orang baik nan tertindas selalu ia dapatkan. Sehingga ketika mendapatkan peran lain, ia merasa menjadi sebuah tantangan tersendiri.
Baginya, tidak ada rahasia tertentu dalam perjalanan kariernya, hanya ditekuni dan dijalani dengan serius. Tidak memiliki pengalaman apa pun di bidang akting bukan menjadi halangan Reva untuk belajar lebih keras, terutama untuk mengatasi tantangan peran tertindas yang selalu ia dapatkan.
Satu adegan yang dirasakannya sulit, yaitu: menangis. Melihat sang senior, Tetty Liz Indriati, yang dengan mudah mengeluarkan air mata, membuatnya keheranan. Ia pun meminta saran mengenai trik mengeluarkan air mata dengan mudah.
“Waktu itu tante Tetty bilang kepada saya ketika bermain peran, harus dengan rasa, dengan hati kalau akting, nanti itu keluar dengan sendirinya. Kemudian saya praktekkan, saya rasakan, dan itu benar terjadi, apa pun yang dilakukan dengan hati, hasilnya akan baik,” kata Reva.
Tidak hanya dengan aktris senior, wanita dengan ciri khas tahi lalat di pipi kanan ini pun sering belajar dengan lawan mainnya, juga termasuk sutradara. Reva mengakui bahwa sutradara John De Rantau adalah yang salah satu sosok yang membuatnya dapat mendalami peran dengan baik.
Setelah pembelajaran tersebut, ia pun memegang prinsip untuk terus bermain dengan hati dan menyelami karakter yang ia dapatkan. Meskipun ia tidak dapat melakukan hal tersebut saat terlibat pembuatan sinetron ataupun film televisi yang diproduksi dalam tempo singkat.
“Saya percaya menjalani proses adalah pembentukan karakter yang kuat dan menghasilkan yang baik, apalagi ketika dimainkan dengan hati,” katanya. Satu keinginannya: mempelajari drama dan seni peran secara formal.