Jakarta, CNN Indonesia -- "Bakar! Penggal!"
Itu yang diteriakkan manusia setiap menemui penyihir menyamar di tengah kehidupan mereka. Jika bukan main hakim sendiri, mereka menyerahkannya pada Master Gregory (Jeff Bridges), tokoh kondang pemburu penyihir.
Gregory kini sedang mencari murid. Enam pemuda yang sebelumnya ia latih untuk melenyapkan penyihir, meninggal di tengah tugas. Dari tempat tinggalnya di perbukitan, ia menuju kota, melintasi sungai demi mencari anak ke-tujuh. Jodoh mempertemukannya dengan Tom Ward (Ben Barnes), anak seorang petani pinggiran.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tom tidak sesuai harapan Gregory. Tubuhnya tak berotot, dan sama sekali tak punya kemampuan bertarung. Tom bahkan gagal di ujian pertama untuk menaati perintahnya. Namun, Gregory tak punya pilihan. Ia bahkan tak sempat melatih murid barunya. Mereka hanya punya beberapa hari sebelum bulan berdarah, saat penyihir legendaris Mother Malkin (Julianne Moore) berada di masa terkuat dan bisa menguasai bumi.
Gregory dan Tom pun berkelana. Mereka menjelajah hutan mendatangi kediaman Malkin. Melawan iblis dan penyihir-penyihir jahat di sepanjang perjalanan. Tapi berbeda dengan murid-murid yang lain, anak ke-tujuh yang dimiliki Gregory kali ini tak cepat mati.
Sebab, Tom berbeda. Ia punya latar belakang rahasia yang tak diketahui seorang pun, bahkan dirinya sendiri. Ia juga dibekali kalung berliontin batu ajaib yang diincar Malkin, dan ternyata merupakan benda penguat penyihir.
Namun itu tak membuat perburuan Gregory mulus. Tom ternyata jatuh cinta dengan penyihir, yang merupakan mata-mata suruhan Malkin. Ia terjebak pada dilema hati, antara mempertahankan cinta, atau melindungi seluruh umat manusia.
Film garapan sutradara Sergey Bodrov ini meniru kesuksesan petualangan remaja semacam
The Hunger Games dan
The Maze Runner. Namun,
Seventh Son tidak memunculkan sesuatu yang istimewa. Ceritanya memang berbeda, tetapi tidak lantas membuatnya berkesan.
Karakter-karakternya pun tidak ada yang terlalu menonjol. Tom terlalu lemah untuk disebut pahlawan, sementara Gregory terlalu tua untuk dijadikan favorit penonton. Alicia Vikander yang memerankan Alice, penyihir yang dicintai Tom, pun tidak terlalu berkarakter kuat.
Yang patut diacungi jempol tetaplah nominator Oscar 2015, Julianne Moore. Meski tidak terlalu banyak muncul, kehadiran Moore membius penonton untuk mengesankan bahwa dirinya penyihir jahat. Tatapan, gerakan, sampai gemulai tangannya membuat penonton khawatir, menerka-nerka apa yang hendak Malkin lakukan selanjutnya.
Sementara secara keseluruhan, Seventh Son seperti terlalu cepat berakhir. Petualangan yang biasanya dibagi menjadi beberapa film dengan cerita masing-masing yang menonjol kuat, kali ini hanya dirangkum dalam 102 menit.
Aksi Gregory dan Tom pun terasa tidak masuk akal. Mereka hanya berdua, tetapi bisa mengalahkan musuh dengan sangat mudah. Keduanya juga terlalu mengandalkan batu bertuah yang tak sengaja ditemukan khasiatnya di tengah film.
Meski begitu, cara Bodrov mengungkapkan rahasia Tom cukup menarik. Kejutan yang diberikan pada penonton juga jadi bumbu yang asyik. Film ini sudah dapat disaksikan di bioskop Indonesia.
(rsa/vga)