Jakarta, CNN Indonesia -- Penyanyi asal Islandia, Bjork, mengungkapkan pengalamannya menjadi perempuan seniman. Ia seringkali diremehkan apabila bekerja sama dengan seorang pria, pendapatnya jarang didengar.
"Pria cukup mengatakan pendapatnya sekali dan langsung didengar, sementara perempuan harus mengatakannya lima kali untuk bisa didengar," ujar Bjork.
"Setelah menjadi satu-satunya wanita dalam band selama sepuluh tahun, saya belajar jika ingin mendapatkan sesuai dengan gagasan saya, saya juga harus menganggap para pria tersebut juga memiliki gagasan itu," ujar Bjork saat diwawancara oleh Pitchfork.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pernyataannya tersebut bukan berarti bahwa ia menyebutkan laki-laki yang selama ini bekerja sama dengannya memiliki perangai yang buruk. Ia mengakui rekan prianya adalah orang-orang yang kreatif.
Dirinya juga mengkritisi fenomena seniman pria lebih diapresiasi ketimbang wanita. Bjork mencontohkan tidak semua penyanyi pria ada dalam seluruh pembuatan album, namun dengan sangat mudah menjadikan lagu-lagu tersebut diterima di masyarakat.
Bjork sudah berkecimpung selama tiga puluh tahun. Selama itu pula ia menerima berbagai jenis kritikan. Bahkan masih banyak yang mengira album barunya, Vulnicura, ia dibantu banyak oleh pria produser.
"Sebagai contoh, saya melakukan 80 persen ketukan dalam Vespertine dan butuh tiga tahun bekerja untuk itu," ujar Bjork.
"Lalu Matmos datang di dua pekan terakhir dan menambah perkusi pada puncak lagu, tidak pada bagian yang lain, dan mereka ditulis dalam keseluruhan album. Drew Daniel adalah sahabat saya, dan setiap kali wawancara, ia mengoreksi perihal tersebut, namun media tidak pernah mengikutinya, ini aneh." ujar Bjork.
(vga/vga)