Jakarta, CNN Indonesia -- Menjadi
comic (pelaku
stand up comedy) tak semudah membalik telapak tangan. Bahkan
comic kondang sekelas Pandji Pragiwaksono sekali pun, masih pernah merasa gugup saat harus melawak di depan umum. Contohnya, saat ia
stand up di hadapan sekelompok orang asing di World Bank.
"Waktu itu saya dapat
job dari World Bank. Menghibur tamu-tamunya, orang asing semua, tapi di Indonesia. Selain pakai bahasa Inggris, orang juga akan anggap lucu kalau
reference-nya sama. Di depan orang asing itu paling susah," kata Pandji pada CNN Indonesia, Rabu (28/1).
Karena itulah
comic tak bisa asal melawak. Ia juga harus pintar-pintar membaca situasi. "Lempar, lihat kondisi, lalu lempar lawakan lagi," ia menuturkan proses-prosesnya. Yang diperlukan bukan hanya kepekaan dan jam terbang, tetapi juga kedisiplinan berlatih.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Orang-orang kebanyakan lalai. Kuncinya bukan caranya, tapi kedisiplinan," katanya tegas.
Pandji yang sudah berulang kali melakukan pertunjukan
stand up comedy tunggal saja, tidak pernah naik ke atas panggung tanpa persiapan. Ia masih rajin berlatih dengan datang ke
open mic, ajang pentas bebas untuk para
comic. Kini,
open mic banyak tersedia di kafe, bahkan ada stasiun TV yang membuka kesempatan itu.
Menurut Pandji, itu cara terbaik melatih materi
stand up. "Tidak ada cara menjadi lucu selain mengulang-ulangnya di depan penonton," ia menuturkan. Berdasarkan pengalamannya, sebuah materi yang akan dibawakan ke panggung
stand up comedy, baru menemukan formula tepatnya setelah setidaknya lima kali dipentaskan.
Pandji sendiri, untuk menyiapkan pertunjukan berdurasi satu jam, biasanya membutuhkan waktu enam bulan. Bukan hanya untuk menyiapkan materi, tetapi juga mengujinya lewat
open mic. Pandji rela jauh-jauh ke Bekasi, Bintaro, Kepala Gading, atau Depok setiap hari hanya untuk berlatih
stand up comedy.
Ia juga mendisiplinkan diri, sehari membuat satu guyonan orisinal, sebagai stok materi.
Yang memprihatinkan, kini banyak
comic berbondong-bondong ikut kompetisi
stand up comedy hanya karena ingin masuk layar TV. Materi lawakannya tak pernah dipentaskan, sekadar dibuat untuk memenuhi syarat audisi.
Kata Pandji, sebenarnya
stand up comedy memang karier yang sangat terbuka. Siapa pun, hanya perlu bermodal keberanian naik ke atas pentas, sudah bisa dikenal. Tidak seperti menjadi pelawak zaman dahulu. Butuh membuat grup yang terdiri atas beberapa orang, untuk bisa eksis.
"Asal, mau latihan dan berani. Kalau lucu, banyak yang tertawa, besok datang lagi," Pandji menegaskan kunci utama menjadi
comic sukses.
(rsa/vga)