STAND UP COMEDY

Bukan Aksi Spontan, Stand Up Comedy Butuh Pemanasan

Rizky Sekar Afrisia | CNN Indonesia
Kamis, 29 Jan 2015 15:15 WIB
Comic kondang sekelas Pandji Pragiwaksono sekali pun, masih pernah merasa gugup saat harus melawak di depan umum. Kuncinya: disiplin pemanasan.
Ilustrasi mikrofon (james steidl/Thinkstock)
Jakarta, CNN Indonesia -- Menjadi comic (pelaku stand up comedy) tak semudah membalik telapak tangan. Bahkan comic kondang sekelas Pandji Pragiwaksono sekali pun, masih pernah merasa gugup saat harus melawak di depan umum. Contohnya, saat ia stand up di hadapan sekelompok orang asing di World Bank.

"Waktu itu saya dapat job dari World Bank. Menghibur tamu-tamunya, orang asing semua, tapi di Indonesia. Selain pakai bahasa Inggris, orang juga akan anggap lucu kalau reference-nya sama. Di depan orang asing itu paling susah," kata Pandji pada CNN Indonesia, Rabu (28/1).

Karena itulah comic tak bisa asal melawak. Ia juga harus pintar-pintar membaca situasi. "Lempar, lihat kondisi, lalu lempar lawakan lagi," ia menuturkan proses-prosesnya. Yang diperlukan bukan hanya kepekaan dan jam terbang, tetapi juga kedisiplinan berlatih.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Orang-orang kebanyakan lalai. Kuncinya bukan caranya, tapi kedisiplinan," katanya tegas.

Pandji yang sudah berulang kali melakukan pertunjukan stand up comedy tunggal saja, tidak pernah naik ke atas panggung tanpa persiapan. Ia masih rajin berlatih dengan datang ke open mic, ajang pentas bebas untuk para comic. Kini, open mic banyak tersedia di kafe, bahkan ada stasiun TV yang membuka kesempatan itu.

Menurut Pandji, itu cara terbaik melatih materi stand up. "Tidak ada cara menjadi lucu selain mengulang-ulangnya di depan penonton," ia menuturkan. Berdasarkan pengalamannya, sebuah materi yang akan dibawakan ke panggung stand up comedy, baru menemukan formula tepatnya setelah setidaknya lima kali dipentaskan.

Pandji sendiri, untuk menyiapkan pertunjukan berdurasi satu jam, biasanya membutuhkan waktu enam bulan. Bukan hanya untuk menyiapkan materi, tetapi juga mengujinya lewat open mic. Pandji rela jauh-jauh ke Bekasi, Bintaro, Kepala Gading, atau Depok setiap hari hanya untuk berlatih stand up comedy.

Ia juga mendisiplinkan diri, sehari membuat satu guyonan orisinal, sebagai stok materi.

Yang memprihatinkan, kini banyak comic berbondong-bondong ikut kompetisi stand up comedy hanya karena ingin masuk layar TV. Materi lawakannya tak pernah dipentaskan, sekadar dibuat untuk memenuhi syarat audisi.

Kata Pandji, sebenarnya stand up comedy memang karier yang sangat terbuka. Siapa pun, hanya perlu bermodal keberanian naik ke atas pentas, sudah bisa dikenal. Tidak seperti menjadi pelawak zaman dahulu. Butuh membuat grup yang terdiri atas beberapa orang, untuk bisa eksis.

"Asal, mau latihan dan berani. Kalau lucu, banyak yang tertawa, besok datang lagi," Pandji menegaskan kunci utama menjadi comic sukses.

(rsa/vga)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER