Kasus Berlinale Jadi Pelajaran Besar untuk Pemerintah

Rizky Sekar Afrisia | CNN Indonesia
Sabtu, 07 Feb 2015 15:23 WIB
Sineas 'menggeruduk' Gedung Film saat tahu delegasi yang diberangkatkan pemerintah ke Berlin Film Festival alias Berlinale tidak sesuai harapan.
ilustrasi (Thinkstock/ktsimage)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sineas 'menggeruduk' Gedung Film di Jalan MT Haryono saat tahu delegasi yang diberangkatkan pemerintah ke Berlin Film Festival alias Berlinale tidak sesuai harapan. Lewat cuitan sutradara Joko Anwar dan diskusi tajam di kelompok-kelompok dunia perfilman, diketahui bahwa nama-nama dalam delegasi Indonesia ke Berlinale adalah 'bodong'.

Mereka yang dalam surat dinas diakui sebagai insan perfilman, namanya justru tak pernah dikenal baik di layar lebar maupun layar kaca. Kementerian Pariwisata pun membatalkan keberangkatan mereka. Pun dilakukan evaluasi dan audit, dengan hasil awal memberhentikan Direktur Pengembangan Industri Perfilman, Armein Firmansyah, Jumat (6/2).

Seperti kata Joko Anwar dalam salah satu cuitannya, pemerintah seperti kebakaran jenggot. Namun setidaknya pemerintah mengambil pelajaran. Direktur Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya, Ahman Sya mengatakan, kementerian sudah mengantisipasi agar kejadian serupa tak terulang. Tak boleh lagi ada kesalahan prosedur soal pemberangkatan delegasi ke luar negeri.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ke depannya pak menteri menegaskan, setiap ada pemberangkatan delegasi harus melalui dewan atau tim kurator, yang melibatkan stakeholder," ujar Ahman saat dihubungi CNN Indonesia, Sabtu (7/2). Jika memberangkatkan delegasi ke festival film misalnya, melalui tim kurator yang di antaranya ada insan perfilman.

Kebijakan itu menjawab protes sineas yang merasa tak dilibatkan saat memutuskan siapa-siapa yang akan berangkat ke Berlinale, 4-15 Februari.

Ahman menerangkan, sebenarnya kebijakan memilih delegasi melalui tim kurator sudah ada sejak lama. Itu yang dilakukan setiap kali Indonesia mengikuti ajang festival di luar negeri, tidak hanya soal film. "Venice Biannale misalnya, juga begitu. Kuratornya seniman," ucap Ahman menjelaskan. Ia menambahkan, anggota tim kurator tak selalu sama. "Per kasus, kegiatannya kan juga beda-beda," lanjut Ahman.

Itu alpa dilakukan dalam kasus Berlinale. Armein menyelipkan nama-nama tak dikenal, hasil kesepakatannya dengan pihak ketiga. Itu yang disebut Ahman sebagai kesalahan prosedur. Di masa mendatang, peran tim kurator akan ditegaskan lagi. (rsa)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER