Jakarta, CNN Indonesia -- “
Can you feel my heartbeat when I'm close to you … That's how I wanna feel today.” Siapa pun penggemar Tahiti 80 bakal berdebar-debar saat menyimak lagu
Heartbeat (1999). Apalagi melihat wajah tampan sang vokalis Xavier Boyer.
Pada Sabtu besok (14/3), Xavier dan kawan-kawan, Médéric Gontier, Sylvain Marchand, Pedro Resende, Raphaël Léger dan Hadrien Grange, siap menghibur para penggemar di acara Music Gallery ke-lima di Skeeno Hall, Mal Gandaria City, Jakarta.
Acara bertajuk A Euphoric Music Festival Celebrating Music and Art ini juga menghadirkan band lokal, antara lain Sore, Naif, The Trees and The Wild, Payung Teduh. Secara musikal, band lokal tersebut jauh lebih mumpuni dibanding band komersil.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelum ke Jakarta, lebih dulu Tahiti 80 berkonser di Manila. Lucunya, saat tiba di ibu kota Filipina itu, akun Twitter Tahiti 80 dipenuhi cuitan bertagar #Tahiti80LIveinManila. Namun sejauh ini belum ada cuitan yang menyebut-nyebut Jakarta.
Mereka malah bertubi-tubi mencuitkan video musik
Coldest Summer, salah satunya, "here's the video for Coldest Summer, directed by Florent woods Dubois
https://youtu.be/U1-XErX6Es4?a," sembari memamerkan video musiknya via YouTube
.
[Gambas:Youtube]Tahiti 80 dibentuk oleh Xavier dan Pedro di Paris menjelang milenium ke-dua usai bertemu di sebuah audisi band. Baik Xavier maupun Pedro sama-sama sudah
nge-band sejak remaja. Mereka sepakat membentuk band yang memainkan “musik terbaik yang beda.”
Sejauh ini, Tahiti 80 sudah merilis enam album musik:
Puzzle (1999),
Wallpaper for the Soul (2002),
Fosbury (2005),
Activity Center (2008), T
he Past, Present & The Possible (2011),
Ballroom (2014).
Dalam wawancara dengan sebuah media di Manila, sang vokalis mengaku mendapat pengaruh musikal dari The Clash, Marvin Gaye, The Beatles, juga A-Ha. Soal lirik lagu Tahiti 80, Xavier terang-terangan mengakui sumbernya.
“Saya menulis 90 persen lirik, jadi sudah pasti lagunya tentang saya, dari jatuh cinta sampai patah hati,” kata Xavier. “Ada hal baik di balik putusnya hubungan yang sudah terbina sejak lama. Saya dapat banyak materi untuk lagu.”
Lalu, benarkah Xavier juga gemar berdusta sebagaimana pengakuannya di lagu
T.D.K. yang liriknya berbunyi,
“I became good at lying. (You did your best to believe in me).” Soal yang satu ini Xavier punya jawabannya sendiri.
“Penyanyi dan penulis lagu memang harus jago berbohong,” katanya seolah tanpa beban. “Empat tahun terakhir, saya makin jago.” Maka jangan percaya jika pria ini mengaku sebagai dewa sebagaimana lirik lagu
The God Of The Horizon.
Namun Xavier enggan berbohong soal nama Tahiti 80 yang disingkat T80. “Idenya dari oleh-oleh yang diberikan ayah pada 1980,” katanya, suatu kali. Juga jangan ragukan Xavier saat mengatakan, “
Loved the people, loved the crowd.” Kali ini, ia jujur.