Jakarta, CNN Indonesia -- Semakin tahun, Indonesia semakin digempur musisi luar negeri. Dalam sebulan saja, ada lebih dari lima selebriti luar yang datang ke Tanah Air. Setelah Christina Perri, Jessie J, dan musisi jazz lain di Java Jazz Festival 2015, Indonesia kedatangan Kim Woo Bin dan 2PM dari Korea serta One Direction di akhir Maret.
Jay Subiakto, salah satu seniman Tanah Air, mengakui fenomena itu. “Akhir-akhir ini susah bikin konser di Indonesia. Tempat terbatas, harganya mahal, padahal musisi tidak bisa banyak jualan CD, jadi uangnya dari konser yang penyelenggaraannya susah,” katanya.
Electronic City Entertainment termasuk promotor yang banyak mendatangkan artis internasional. Sebutlah Craig David, Linkin Park, Beyonce, Kylie Minogue, dan Taylor Swift. Baru awal Mei mendatang mereka menyelenggarakan konser dengan musisi dalam negeri, Krisdayanti, dalam pertunjukan Traya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ditemui di Galeri Indonesia Kaya, Jumat (20/3), Fery Wiraatmadja dari Electronic City Entertainment mengakui bahwa mendatangkan musisi luar negeri merupakan salah satu strategi mempromosikan Indonesia. “Beberapa waktu lalu banyak bom, banyak
travel warning. Artis enggak mau datang. Kita harus meyakinkan bahwa Indonesia aman. Bikin konser di sini, misinya khusus,” ujarnya pada CNN Indonesia.
Fery mengelak saat ditodong apakah mendatangkan musisi luar negeri lebih menguntungkan ketimbang menggelar konser lokal. Menurutnya, dari segi produksi musisi lokal jauh lebih rumit. “Musisi lokal itu lebih art, jadi butuh waktu lama. Saya bilang musisi lokal itu, apalagi sekelas Jay Subiakto dan Erwin Gutawa, seperti handmade,” katanya.
Sedangkan musisi luar negeri, diibaratkannya seperti produksi massal. “Artis asing cuma bisa satu hari, karena mereka
world tour. Kalau ajak ke Indonesia sendiri, angkanya pasti luar biasa mahal. Enggak mungkin. Makanya mereka
world tour, supaya lebih murah, seperti mass production,” tutur Fery lagi, menjelaskan.
Sementara musisi lokal, butuh persiapan lama untuk menggelar konser. Sebab, biasanya dibuat dengan sangat serius, menonjolkan seni. “Persiapannya saja butuh lebih dari tiga hari. Ini handmade, seperti
masterpiece,” ujar Fery lagi.
Untuk konser Traya saja, Jay memikirkan konsep selama berhari-hari. “Saya sudah 20 kali merancang panggung konser di JCC, sudah bosan. Pendekatan saya sekarang lebih menghargai gedungnya, tidak mengubah, dan menggunakan elemen yang belum dipakai. Saya tidak akan menggunakan lampu di atas, hanya dari belakang dan kiri kanan,” katanya.
Dibandingkan konser musisi luar negeri, biasanya panggung didesain sederhana. Bagaimana itu berdampak pada keuangan? Fery mengakui, dari sisi produksi, penyelenggaraan konser musisi lokal lebih mahal ketimbang musisi luar negeri. “Karena mereka sudah tersistem, kita tinggal menambah. Tapi kalau dari segi biaya artis, tentu saja itu relatif,” ujarnya membocorkan.
(vga/vga)