Clara Ng: Jadi Penulis itu Harus Dimulai Membaca

CNN Indonesia
Senin, 23 Mar 2015 07:20 WIB
Banyak anak muda yang tidak mengenal penulis besar di bidang sastra, seperti Pramoedya Ananta Toer, Ahmad Tohari, dan Ayu Utami.
Ilustrasi membaca buku. (Pixabay/LouAnna)
Jakarta, CNN Indonesia -- Keberhasilan proyek Gramedia Writing Project membuat penyenggara berniat menggelar lagi batch atau kelompok kedua.

“Tapi agar para penulis punya kesempatan menuliskan apa yang ingin mereka tulis, jumlah peserta dibatasi,” kata Hetih Rusli, Editor Fiksi Gramedia saat peluncuran kumpulan cerpen karya peserta Gramedia Writing Project batch pertama di Central Park, Jumat (20/3).

Jika di batch pertama dari 1.600 orang yang mendaftar dan diambil 20 orang, di batch kedua ada 7.000 orang yang mendaftar dan hanya akan diambil 10 orang saja.
 
Kesepuluh orang ini akan menjalani pelatihan lewat sistem kamp selama dua hari yang dilakukan di Hotel Amaris, Tebet, Jakarta. “Target batch dua masing-masing bisa menerbitkan novel sendiri dengan konsep mereka sendiri di tahun ini juga,” kata Hetih.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Satu hal yang yang unik dari pelatihan yang diadaka para editor itu, para pesert akan diwajibkan membaca beberapa buku wajib dari para penulis besar.

“Ini penting karena proyek penulisan itu memang semestinya dimulai dengan reading,” kata Clara Ng, penulis yang didapuk jadi mentor pada peserta proyek.

Clara menyebutkan ada buku-buku kanon atau wajib yang sudah semestinya dipahami oleh penulis. “Ya, seperti orang mau bermain film pasti kan, dimulai dengen proses reading juga. Dari situ mereka mulai belajar cara mengkritik dan kemudian baru menulis,” kata Clara.

Buku-buku apa saja yang akan wajib dibaca para peserta proyek penulisan lembaga ini? Hetih menyebutkan beberapa buku sastra.

“Mereka wajib membaca karya mulai Eka Kurniawan, Ahmad Tohari, Pramoedya Ananta Toer, juga Ayu Utami. Jangan salah lho, anak sekarang ada juga yang bertanya ‘Siapa itu Ayu Utami?’” kata Hetih prihatin.

Belajar menulis lewat komunitas baik menurut Hetih dan Clara lebih banyak nilai positifnya. “Mereka jadi bisa terpantau oleh editor,” kata Hetih.

Meski banyak bilai positif Clara mengatakan bahwa mengikuti komunitas seperti ini bukan berarti para peserta wajib berprofesi sebagai penulis nantinya.

“Jadi menulis itu menyenangkan, baik setelah melihat karya sesungguhnya jadi atau sekadar menjadikan ini kegiatan yang fun,” kata Clara.

Hetih melanjutkan sesulit apapun masa yang dijalani peserta semasa masa bimbingan oleh proyek penulisan tidak akan ada ruginya. “Mereka (para penulis itu) kini sudah sampai pemahaman tak ada air mata yang tak jadi royalti,” kata Clara sembari bergurau.

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER