Neonomora Buktikan Bisnis dan Idealisme Bisa Bersatu

Ardita Mustafa | CNN Indonesia
Senin, 13 Apr 2015 11:42 WIB
Berasal dari keluarga ningrat, Ratih Suryahutamy tidak lantas ongkang kaki dalam membesarkan nama Neonomora di industri musik.
Berkarakter tangguh, namun Neonomora juga tetap punya lagu-lagu bertema cinta, yang bisa dibilang menjadi komoditi paling laku di pasaran saat ini. (Dok. Neonomora)
Jakarta, CNN Indonesia -- Saat memulai karier, banyak musisi yang berada dalam dilema: haruskah mengikuti pasar atau melawan arus.

Seiring berjalannya waktu, akhirnya dua kutub tersebut bisa disatukan, karena satu sama lain nyatanya saling membutuhkan.

Berasal dari keluarga ningrat, Ratih Suryahutamy tidak lantas ongkang kaki dalam membesarkan namanya di industri musik.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penyanyi wanita kelahiran 16 Mei 1988 itu tetap menyingsingkan lengan baju untuk mengedarkan karyanya atas nama Neonomora.

Tapi keeksisan band dengan genre elektronik ini tidak terjadi begitu saja.

Awalnya, Ratih yang memiliki ijazah di bidang bisnis dan seni dari sebuah universitas di Australia ini sempat ditentang oleh orang tuanya saat bermaksud ingin serius di dunia musik.

"Orang tua kurang setuju karena menurut mereka industri musik di Indonesia belum banyak mendapat apresiasi dari masyarakat," kata Ratih kepada CNN Indonesia saat ditemui di studio latihan kawasan Cipete, pada Jumat (10/4).

Tapi setelah menikah, bersama suami dan adiknya, Ratih akhirnya berhasil meyakini kedua orang tuanya kalau ilmu yang ia dapat kuliah di luar negeri bisa menjadi bekalnya di industri musik saat ini.

Per November 2012, hingga bulan berikutnya, lagu Neonomora yang berjudul You Want My Love akhirnya dirilis dengan cara unduh gratis di situs neonomora.com.

"Selama dua bulan kami sibuk bikin musik. Di hari pertama rilis, nyatanya 4.000 orang mengunduh lagu tersebut. Tentu saja saya merasa senang!" ujar Ratih.

Nama Neonomora pun terdengar. Panggung demi panggung dijajal.

"Orang tua saya pun akhirnya datang dalam sebuah acara. Ayah saya terlihat joget-joget ketika saya tampil," kata Ratih bangga.

Dan pada bulan yang sama, pada 2013, album mini Neonomora berbentuk CD yang berisi lima lagu dirilis.

Sebanyak 1.000 keping rekaman fisik tersebut laris terjual di Indonesia.

Dan album ke-tiga Neonomora yang berjudul Seeds pun dirilis pada 2014. Dikopi sebanyak 2.000 keping, album ini habis di pasaran.

"Terkadang saya suka sok-sok nanya ke toko yang jual, 'mas, ada album Neonomora ga?' Pas dibilang habis, rasanya kok seneng ya. Hahaha," ujar Ratih.

Berkarya dengan rencana

Jalinan pertemanan antar alumni di negeri Kanguru membantu promosi Neonomora.

Dari mulut ke mulut, Twitter ke Twitter, Facebook ke Facebook, akhirnya sebuah publisis di Australia tertarik untuk membantu promosi Neonomora ke negara-negara lain di Asia Tenggara.

Usai bekerja sama dengan publisis Australia, Neonomora lalu menjalin kerja sama dengan publisis dari Singapura dan Amerika Serikat.

Karya Neonomora pun semakin bergema di negara-negara sekitaran situ.

Ratih merasa bersyukur bisa dipertemukan dengan berbagai publisis yang mendukung karyanya.

"Publisis membantu musisi percaya dengan karyanya. Ibaratnya mereka menata kami secara legal. Hal ini belum pernah saya temui di Indonesia," kata Ratih.

Walau ada campur tangan publisis, Ratih merasa karyanya tidak direcoki. Satu hal yang pernah dicereweti hanyalah soal gaya berpakaian Ratih yang serba hitam.

"Saya ditegur karena selalu memakai baju berwarna hitam. Mereka menyarankan saya agar menambahkan aksesoris supaya tampilan saya tidak membosankan," ujar Ratih sambil tersenyum.

Para publisisnya malah lebih cerewet dalam soal kemurnian karya, karena tidak boleh ada satu unsur pun yang meniru dari musisi lain.

"Mereka amat sangat ribet kalau urusan karya. Baru memperdengarkan karya, mereka sudah bertanya 'apa yang mau Neonomora lakukan selanjutnya?'" kata Ratih.

"Hal tersebut membuat saya berpikir ternyata menjadi musisi indie atau mainstream juga harus punya rencana jangka pendek dan panjang supaya karyanya bisa di dengar dan menghasilkan sesuatu sebagai modal agar bisa berkelanjutan," lanjutnya.

Ingin menjadi bagian perubahan

Walau menyanyi dengan musik elektronik, kualitas vokal Ratih tidak bisa dibilang remeh.

Sampai banyak orang yang justru bertanya-tanya, mengapa dirinya tidak menjadi penyanyi pop atau jazz saja.

"Selama ini sudah banyak sekali penyanyi wanita yang seperti itu. Saya ingin menjadi bagian dari perubahan, kalau ternyata ada penyanyi wanita asal Indonesia di genre elektronik," kata Ratih yang mengidolakan musisi Nina Simone, Aretha Franklin, Bjork dan Sigur Ros ini.

Berkarakter tangguh, namun Neonomora juga tetap punya lagu-lagu bertema cinta, yang bisa dibilang menjadi komoditi paling laku di pasaran saat ini.

"Tema cinta tetap ada. Tapi tidak sekedar 'i love you, you love me too?' Salah satu lagu Neonomora yang berjudul Fight menjelaskan kalau cinta sejati adalah cinta dengan perjuangan," ujar Ratih.

Hobi sekaligus karier

Bernyanyi dengan nama panggung Neonomora bukan lagi dijalani Ratih sebagai hobi. Ia kini dengan mantap juga mengatakannnya sebagai karier.

Karena tidak hanya sibuk mengurus Neonomora, saat ini Ratih dan suami juga sibuk mengembangkan manajemen artis bernama Frisson Entertainment.

Frisson Entertainment beranggotakan banyak musisi baru berbakat seperti Neonomora yaitu LCD Trip, Elephant Kind hingga Dhira Bongs. Seluruh karya musisi tersebut direncanakan akan rilis tahun ini.

Sudah banyak tawaran tampil di televisi, tidak membuat Neonomora asal hadir.

Ratih mengaku cukup trauma dengan berbagai tayangan musik di televisi yang kadang tidak ada unsur musiknya.

"Neonomora ingin sekali tampil di banyak media, seperti di televisi Indonesia. Tapi selama pembawa acaranya masih suka mengolok-olok musisi yang hadir, lebih baik tidak deh haha..," kata Ratih sambil tertawa menutup pembicaraan.

[Gambas:Youtube]

[Gambas:Youtube]

(ard/ard)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER