Jakarta, CNN Indonesia -- Proses dan produk adalah dua hal yang berbeda, namun tentu saja memiliki keterkaitan satu sama lain. Di bidang seni rupa, misalnya, kita biasa hanya melihat produk atau karya dipamerkan di galeri, tanpa pernah tahu proses pembuatan.
Padahal justru di sinilah kita bisa menyimak perjalanan panjang gagasan hingga menjadi karya utuh. Ibarat melihat laboratorium kreativitas: dari kertas putih yang masih polos, hingga dibubuhi warna atau dibentuk aneka rupa—menyerupai topi, pesawat atau monster.
Nah, di Jogja Art Weeks 2015 (JAW-2015), pencinta seni bisa melihat proses kreatif sebuah karya seni, meliputi seni rupa, video, suara, seni pertunjukan dan lain-lain. Tentu saja tawaran ini membuahkan pengalaman baru bagi pencinta dan pencipta seni.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
JAW diselenggarakan oleh Yayasan Gaia bekerja sama dengan Art Jog dan Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjosoemantri (PKKH) Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, pada 9-27 Juni 2015. Kali ini, mengusung tema Embrace! Past & Future At Present.
“JAW memang bergandengan tangan dengan Art Jog,” kata Yan Parhas, Direktur JAW-2015 kepada CNN Indonesia melalui sambungan telepon, pada Rabu (15/4). “JAW dan Art Jog akan digelar berbarengan pada Juni nanti di PPKH.”
PKKH Universitas Gadjah Mada berlokasi di Jalan Persatuan, Bulaksumur. Selain di PKKH, JAW juga akan digelar di sejumlah galeri atau kantong seni di Yogyakarta. Namun sejauh ini detailnya belum bisa disiarkan kepada media pers.
Art Jog disebut-sebut sebagai kegiatan pameran seni rupa terbesar di Asia Tenggara. Tahun ini, ditandem JAW agar “para seniman dan penikmat seni terlibat pada gerakan baru kegiatan seni yang mengedepankan keterbukaan di Indonesia, Yogyakarta pada khususnya.”
Sebagaimana disampaikan panitia melalui siaran persnya, “JAW berawal dari ide dan gagasan bersama antara pihak Art Jog dengan sekelompok relawan keterbukaan di Yogyakarta, yang kemudian bersepakat untuk meluncurkan JAW sebagai sebuah inisiatif nirlaba.”
...we need new ideas, we need new ways of doing things and we need a whole new way of approaching each other with much more empathy and understanding…Uffe Elbaek, mantan Menteri Kebudayaan Denmark |
Tujuan penyelenggaraan JAW utuk pertama kali pada tahun ini, sebagai tertulis dalam siaran persnya, untuk “menjawab tantangan kekinian dengan menyodorkan wahana berkesenian yang mengedepankan keterbukaan.”
“Semangat keterbukaan diwujudkan dengan adanya keharusan bagi peserta untuk mendaftarkan karyanya yang masih berupa ide dan konsep belaka.” Selanjutnya, sang seniman yang idenya lulus seleksi akan mengikuti lokakarya atau workshop.
Workshop dibagi dua tahap, yaitu Workshop 1: Pemantapan Konsep, dan Workshop 2: Penciptaan Karya. Setelah melalui kedua tahap tersebut barulah karya seni secara utuh dipamerkan atau dipertunjukkan ke hadapan publik.
Tertarik menjadi saksi mata proses kreatif? Klik saja
https://beranda.jogart.net untuk mendapatkan informasi dan melakukan pendaftaran sebelum 21 April 2015. Sejauh ini, panitia telah menerima pendaftaran sekitar 100 orang.
Proses kreatif memberikan banyak manfaat bagi pencinta maupun pencipta seni. Di satu sisi, kualitas apresiasi pencinta seni semakin terasah. Di sisi lain, pencipta seni memperoleh pendekatan dan pengalaman baru dalam berkesenian.
(vga/vga)