Jakarta, CNN Indonesia -- Sofia Vergara boleh jadi tengah hidup bahagia dengan tunangannya kini, Joe Manganiello. Bahkan ada kabar mereka akan segera melangsungkan pernikahan.
Namun tiap orang punya masa lalu, dan Vergara tampaknya belum menyelesaikan masalah dari masa lalu dengan mantan tunangannya, Nick Loeb. Mereka berpisah, pada Mei 2014 lalu.
Beberapa saat lalu, Nick Loeb melayangkan gugatan hukum kepada Vergara atas kepemilikan beberapa embrio mereka berdua semasa masih rukun. Ada selentingan kabar yang menyebutkan, Vergara akan menghancurkan embrio tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam gugatannya, Loeb mengatakan sangat ingin mempertahankan embrio itu. “Karena saya selalu bermimpi bisa jadi seorang ayah suatu saat kelak,” kata Loeb.
“Saya selalu sangat percaya, bahwa hidup dimulai dari fertilisasi dan karenanya tiap embrio adalah sebuah kehidupan yang dalam proses menuju kelahiran,” kata Loeb kepada
Us Weekly. Loeb mengatakan, dulu saat masih rukun, dia dan Vergara membuat dua embrio berjenis kelamin perempuan.
“Saya sebelumnya sudah mendapat penawaran untuk melepaskan hak kepemilikan saya sebagai orang tua atau tanggung jawab keuangan atau kewajiban atas embrio itu kepada mantan tunangan saya,” kata Loeb merujuk pada Vergara.
Semula jika Loeb setuju, Vergara akan menjadi satu-satunya pihak yang bisa terlibat dengan masa depan calon anak-anak itu. Namun tampaknya tawaran penyerahan hak itu bukan perkara mudah buat Loeb.
“Saya sangat serius tentang tanggung jawab dan kewajiban sebagai orang tua,” kata Loeb.
“Pembuatan embrio dengan cara yang alami akan berdampak munculnya kewajiban sebagai orang tua, bahkan meski sang pria tak ingin menjadi seorang ayah.
Namun jika seorang pria memang ingin menjadi seorang ayah dan tak ingin menyerahkan hak apa pun sebagai orang tua pada pihak lain, dia seharusnya mendapatkan haknya,” kata Loeb.
Loeb mengeluarkan pernyataan ini setelah pengacara Vergara menyangkal pernyataan Loeb bahwa Vergara tak ingin melanjutkan keberlangsungan hidup embrio itu.
Us Weekly sendiri menemukan sebuah dokumen kesepakatan antara Vergara dan Loeb tentang embrio-embrio itu.
Dalam detail dokumen itu tertulis bahwa Loeb dan Vergara, 17 bulan lalu sepakat, akan menyimpan embrio itu di fasilitas penyimpanan hingga ada keputusan lebih lanjut. Kecuali jika keduanya kemudian sepakat menandatangani keputusan bersama lebih lanjut tentang nasib embrio itu.
Maka kisruh itupun muncul ketika Loeb berkomentar tentang keengganan Vergara untuk melanjutkan hidup embrio-embrio itu. “Klaim yang dibuat Loeb itu sangat tidak kredibel,” kata pengacara Vergara, Fred Silberberg.
“Yang benar, Vergara tak pernah ingin menghancurkan embrio itu. Dia selalu ingin menjaga embrio itu tetap dibekukan. Jadi pernyataan Loeb sangat bertentangan dengan fakta.”
Lebih jauh pengacara Loeb mengatakan bahwa pernyataan Loeb pada awalnya bukankah sebuah gugatan hukum.
Namun kini ketika kisruh ini sudah sampai ke ranah publik sang pengacara mengatakan, “Loeb melakukan segala cara untuk mencari penyelesaian masalah ini secara privat. Hingga ketika pendonor sel telurnya menolak untuk sepakat melestarikan embrio itu, maka Loeb dipaksa untuk membuatnya menjadi gugatan hukum yang sayangnya kini diketahui pula oleh publik.”
(utw/utw)