Trivia Tak Berujung Avengers: Age of Ultron

Nadi Tirta Pradesha | CNN Indonesia
Rabu, 22 Apr 2015 13:15 WIB
Joss Whedon terlalu banyak menceritakan trivia yang tak selesai dalam Avengers: Age of Ultron. Beruntung ada suara dingin Ultron yang jadi 'penyelamat' film.
Para pemain Avengers saat menghadiri MTV Movie Awards 2015. (REUTERS/Mario Anzuoni)
Jakarta, CNN Indonesia -- Membuka film dengan penyerbuan ke markas Hydra yang dikepalai Baron Strucker, Avengers: Age of Ultron tampak megah dan mewah secara visual. Sampai tengah film, adegan laganya cukup variatif dan jauh dari repetitif.

Sutradara Joss Whedon memang mampu mengolah semua kemampuan khusus para superhero dengan bertarung secara maksimal. Mengangkat tema universal soal penyelamatan bumi dan manusia, film itu bergulir mulus sejak adegan awalnya.

Namun batu yang digulirkan Whedon mulai menggelinding tanpa arah setelah film lepas dari babak pertama. Skenario bangkitnya Ultron memang tidak rumit. Tapi ada cengkeraman kehampaan cerita yang seakan sulit dilepaskan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tidak ada hal segar dan pengembangan karakter yang berarti. Masing-masing tokoh seperti diseret melewati tumpulnya plot dan mengambangnya subplot. Avengers: Age of Ultron sulit meneruskan antusiasme yang meledak pada babak pertamanya. Whedon seperti terlalu banyak menceritakan trivia yang tidak selesai.

Entah mengapa ia tidak menggali lebih jauh adegan manipulasi pikiran yang dilakukan Scarlet Witch (Elizabeth Olsen). Padahal ia berhasil menembus semua anggota Avengers, termasuk Iron Man, Hulk, dan Black Widow.

Dari ketakutan terbesar dalam halusinasi Iron Man dan Black Widow lah motif karakter dimunculkan. Artinya, adegan itu penting.

Hulk juga hanya ditampilkan sedang mengamuk, tanpa bisa diketahui isi pikirannya. Sebenarnya itu bisa menjadi salah satu pendongkrak kualitas film, mengingat Mark Ruffalo adalah aktor yang pandai memainkan trauma karakternya, seperti penampilannya dalam Foxcatcher dan The Kids Are All Right.

Tidak akan terbersit di benak penonton, film yang diangkat dari komik berusia 52 tahun itu dapat diproduksi di era selain hari ini. Namun visual mewah tampaknya tak mampu menyelamatkan Avengers dari naskah setengah matang.

Itu bukan hanya dialami Avengers: Age of Ultron saja. Film blockbuster superhero memang mudah terjebak di lingkaran yang sama.

Beruntung Avengers: Age of Ultron masih punya penyelamat berupa aktor dan aktris kelas atas. Tapi aktor jempolan di film ini justru tidak hadir secara fisik. Ultron, yang disuarakan James Spader adalah hal terbaik di film ini.

Robot totaliter kalkulatif itu mempunyai kecerdasan dan humor selevel Tony Stark. Di saat yang sama, pemeran antagonis itu juga mampu menghadirkan monolog soal menghapus manusia dari bumi dengan keceriaan anak-anak.

Argumen Ultron tentang kehidupan yang lebih baik lewat pemusnahan manusia jadi terdengar rasional lewat suara dingin Spader.

[Gambas:Youtube]

Jeremy Renner pemeran Hawkeye, Mark Ruffalo yang menjadi Hulk, dan Chris Hemsworth sebagai Thor bisa menyuguhkan akting jempolan. Mereka memainkan kombinasi kekakuan kakunya superhero, sisi manusiawi yang bijak, dan selera humor yang berkelas dengan sangat apik.

Ruffalo bahkan melangkah lebih jauh dalam merepresentasikan perasaan takut akan kekuatannya sendiri. Tapi Scarlett Johansson atau Black Widow dan Robert Downey Jr. sebagai Iron Man justru tak banyak berkiprah.

Johansson seperti hanya digunakan sebagai pemanis film. Sementara Downey Jr. membuat karakter Iron Man mengambang hingga film usai.

Bukan hal baru bagi film superhero untuk diselamatkan karakter antagonis. Bahkan ada tokoh jahat yang justru mampu melejit di atas karakter lainnya, seperti Joker dalam The Dark Knight dan Loki dalam film saga Thor.

Jika memang modus seri Avengers ke depan adalah tokoh antagonis jempolan, maka film berikutnya harus diselamatkan agar tak jatuh ke level Transformers yang terjebak euforia.

(rsa/vga)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER