Mengenang Didi Petet, Pemikiran Sang Pemain Watak

Vega Probo | CNN Indonesia
Jumat, 15 Mei 2015 08:22 WIB
Selain dikenal sebagai aktor watak jempolan, Didi Petet dihormati berkat pemikirannya yang bernas. Ia berpendapat, penting untuk merevolusi total watak bangsa.
Almarhum Didi Petet dikenal lewat pemikirannya yang bernas. (CNN Indonesia/Tri Wahyuni)
Jakarta, CNN Indonesia -- “Papi pernah bilang cinta sama Mami. Itu artinya seluruh hidup Papi, Papi berikan untuk Mami sampai Papi nanti mati.”

Agaknya siapa pun pemirsa sinetron Preman Pensiun yang ditayangkan sebuah stasiun televisi swasta pada awal 2015 belum lupa ucapan Kang Bahar yang diperankan Didi Petet.

Siapa sangka, hari ini, Jumat (15/5), kata-kata itu menjadi kenyataan. Sang pemain watak yang amat mencintai sinema itu telah tiada. Dunia perfilman dan masyarakat Indonesia berduka.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf yang juga ayah penyanyi Sherina Munaf, mengatakan Didi Petet meninggal karena sakit yang ia derita. “Beliau meninggal hari ini pukul 05.00 WIB karena sakit. Sepulang dari Milan, kira-kira tiga hari lalu, rupanya recovery-nya kurang baik,” kata Triawan kepada CNN Indonesia.

Didi wafat di usia 58 tahun. Sinetron Preman Pensiun menjadi ladang akting terakhir bagi pria kelahiran Surabaya, 12 Juli 1956 itu. Padahal, sinetron Preman Pensiun 2 sedang dipersiapkan.

Semasa hidupnya, Didi dikenal sebagai aktor dan guru akting yang mumpuni. Belasan penghargaan dia raih. Salah satunya Lifetime Achievement MTV Indonesia Movie Award 2004.

Dari puluhan judul film yang pernah dibintanginya, yang paling melekat di benak masyarakat ialah aktingnya saat membintangi Catatan Si Boy (1987), Si Kabayan Saba Kota (1989), Petualangan Sherina (2000), Pasir Berbisik (2001), Arisan! (2003), dan yang paling gres, Guru Bangsa: Tjokroaminoto (2015).

Selain dikenal sebagai aktor watak jempolan, Didi dihormati karena pemikirannya yang bernas. Di sebuah kesempatan, pada Maret lalu, Didi berbagi pemikirannya tentang sinema Indonesi.

"Film Indonesia sangat maju dan saya berharap kita terus berkarya dengan baik," kata pemilik nama asli Didi Widiatmoko. "Karya-karya besar harus tetap hadir, harus stabil,” imbuhnya.

Demi mewujudkan karya besar dengan kualitas baik, menurut Didi, mau tidak mau para sineas harus memutar otak agar bisa stabil dalam berkarya dan ini bukanlah hal mudah.

Diyakini Didi, konsep menjaga intensitas berkarya dengan kualitas film yang bagus tidak hanya berlaku untuk film-film besar. Film independen pun dituntut hal yang sama.

“(Sineas) film independen harus terus berkarya karena film enggak mungkin seperti yang lain. Karya harus diutamakan," ujar ayah lima anak itu.

Tak hanya soal sinema, Didi berbagi pemikiran terkait hal yang lebih serius, seperti moral. Dalam sebuah wawancara dengan laman bernuansa Islami, Didi menyoroti revolusi watak bangsa.

Didi menyoal peranan generasi tua. Ia tak menyalahkan generasi muda yang hidup pada zaman sekarang. Justru orang tua lah menurutnya yang wajib memberikan pembinaan kepada generasi muda.

Didi juga menyoroti masalah sumber daya manusia. Ia menyadari pentingnya revolusi total watak bangsa. Didi bermimpi bangsa Indonesia akan memiliki satu tujuan dan pemikiran, serta saling dukung.

Kini Didi Petet telah tiada. Seluruh api pemikirannya itu, mari kita jaga dan wujudkan. Selamat jalan, Didi Petet. (vga)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER