Musisi Amerika 'Gerah' dengan Pemakaian Lagu Tanpa Izin

Ardita Mustafa | CNN Indonesia
Kamis, 28 Mei 2015 14:19 WIB
Menurut AFM, studio-studio film besar menyertakan lagu dan musik untuk film populer dan mendapat keuntungan, namun musisinya tidak.
Menurut AFM, studio-studio film besar menyertakan lagu dan musik untuk film populer dan mendapat keuntungan, namun musisinya tidak. (Pixabay/AlexanderStein)
Jakarta, CNN Indonesia -- Menghasikan sebuah karya tidak mudah, jadi rasanya tidak semua orang senang jika karyanya digunakan tanpa izin.

Diberitakan oleh Variety pada Kamis (27/5), Persatuan Musisi Amerika Serikat dan Kanada (AFM), melayangkan gugatan kepada enam studio film yang menggunakan lagu-lagu anggota mereka tanpa memberikan kompensasi, termasuk yang memproduksi film Beauty and the Beast dan Titanic.

Gugatan AFM pertama kali dilayangkan kepada pengadilan negeri di Los Angeles pada Selasa (26/5). AFM menuntut segala kerugian yang disebabkan oleh penggunaan karya tanpa izin itu, termasuk soal finansial.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami ingin para studio mematuhi perjanjian dengan musisi sebelum mereka menggunakan karyanya. Anggota AFM berhak menerima keuntungan atas karyanya," kata perwakilan AFM, Ray Hair.

"Kami ingin segera menyudahi penyalahgunaan karya yang terjadi selama ini. Jadi, kami akan terus mencari jalan keluarnya," lanjut Hair.

Gugataan AFM mencolek banyak nama studio besar, seperti Columbia, Paramount, 20th Century Fox, Universal, Walt Disney dan Warner Bros.

Menurut laporan AFM, studio besar itu menyertakan lagu dan musik untuk film-film populer dan mendapat keuntungan besar, namun musisinya tidak mendapatkan keuntungan sepeser pun.

Beberapa karya anggota AFM yang menjadi bukti gugatan adalah:

- Columbia menggunakan musik dari film Karate Kid untuk serial televisi Happy Endings.
- Disney menggunakan musik dari film Beauty and the Beast dan The Muppet Movie untuk serial televisi The Neighbors.
- Fox menggunakan musik dari film Titanic untuk film This Means War.
- Paramount menggunakan musik dari film Up in the Air untuk film Follow Me: The Yoni Netanyahu Story.
- Universal menggunakan musik dari film Bourne Identity untuk serial televisi The Office.
- Warner Bros. menggunakan musik dari film Battle for the Planet of the Apes untuk film Argo.

Menanggapi hal tersebut, juru bicara dari Persatuan Produser Film dan Televisi (AMPTP), yang selama ini bertugas sebagai tangan kanan pihak studio, mengaku tidak akan memberikan komentar lebih lanjut.

Sebelumnya, AFM telah menggugat Warner Bros. MGM dan Paramount pada bulan lalu dengan tuduhan telah mencederai kontrak penggunaan lagu di luar kesepakatan.

Disebutkan dalam gugatan, film Interstellar, Journey 2: The Mysterious Island, RoboCop dan Carrie termasuk ke dalam film yang mencederai kontrak tersebut.

Bagaimana dengan Indonesia? Musisi Pongki Barata kepada CNN Indonesia pada awal Mei 2015 mengatakan kalau kalangan musisi harus pintar-pintar berstrategi dalam memasarkan lagunya agar di kemudian hari tak tersandung masalah.

“Seniman perlu berstrategi, jangan main dihajar buat karya,” kata personel grup band Dance Company yang belakangan juga menggarap proyek solo. “Kalau kita sebagai musisi tidak menghargai karya sendiri, bagaimana orang lain mau menghargai?”

Pongki mengisyaratkan, pihak yang menggunakan lagu tanpa izin tidak begitu saja bisa dipersalahkan. Apalagi jika si musisi pemilik lagu juga tidak melindungi hak cipta karyanya sendiri, dan tak melakukan strategi dalam memasarkannya.

Untuk itu, penggagas portal berita musik Indonesia kamarmusik.net ini menyatakan perlunya para seniman mengedukasi publik soal penggunaan karya seni, perlindungan hak cipta dan strategi mumpuni agar pihak musisi juga mendapat keuntungan, bukannya masalah.

(ard/ard)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER