Jakarta, CNN Indonesia -- Lengkingan suara Sarasvati yang biasa menyanyikan lagu-lagu berbahasa Sunda, kali ini tak lagi hanya diiringi alat musik tradisional. Musik elektro hip hop juga menyertainya. Musisi asal Bandung itu berkolaborasi dengan Gran Kino, band Perancis.
Ada kalanya Sarasvati harus menyanyi bahasa Inggris. Tetapi ada saatnya pula Gran Kino yang mengalah dengan menyanyikan lirik berbahasa Indonesia. Kadang keduanya mencampur Sunda dan Inggris. Beberapa kali pula bahasa Perancis yang menjadi suara latarnya.
Yang jelas, kolaborasi mereka bukan sekadar menyatukan musik dan lirik. Sarasvati dan Gran Kino juga memadukan budaya. Bagaimana tidak, musik yang mereka garap dalam album berjudul
Ballads diinspirasi oleh Bujangga Manik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia merupakan sosok terkenal di Tanah Sunda. Sosok bernama asli Prabu Jaya Pakuan itu merupakan seorang Hindu dari Kerajaan Sunda. Meski sejatinya seorang kesatria, Bujangga Manik lebih suka menjalani hidup sebagai resi.
Perjalannya menjelajah Jawa dan Bali dirangkum dalam naskah kuno berbahasa Sunda, berjudul
Perjalanan Bujangga Manik. Konon, naskah itu ditulis di atas daun nipah berupa puisi naratif. Kini, naskah aslinya disimpan di Perpustakaan Bodley, Universitas Oxford.
Naskah sejak akhir tahun 1400-an itulah yang diulik Sarasvati dan Gran Kino untuk lagu-lagu mereka. Disponsori Institut Francais Indonesia (IFI), kedua band beda negara itu tampil di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta, pada Sabtu (30/5).
Ditemui usai konser mininya, Robin, gitaris Gran Kino, menjelaskan bahwa mulanya mereka berencana mengerjakan
Legenda Centhini. "Tapi itu dibatalkan. Kami lalu mengerjakan puisi tradisional Indonesia dari era yang sama, Bujangga Manik," ujarnya pada
CNN Indonesia.Robin yang mengerjakan naskah itu bersama Bujangga Manik sejak 2013 mengaku kesulitan menguliknya. "Sebab hanya ada satu perpustakaan tempat kami bisa menemukannya di Eropa, yakni di Oxford," ujarnya menerangkan.
Bersama Gran Kino ia pun membedah naskah Perjalanan Bujangga Manik yang diterjemahkan ke bahasa Indonesia dan Inggris. "Kami mengapresiasinya, dan memahami bagaimana maknanya di era ini," tutur Robin melanjutkan.
Ada sesuatu yang membuatnya sangat tertarik pada naskah itu: ritualisasi. "Semua hal diritualisasikan, membuat kita lebih menjadi manusia. Itu yang kami ingin lakukan."
Lagu-lagu Gran Kino dan Sarasvati dalam
Ballads tidak bercerita tentang sosok Bujangga Manik yang penyendiri, kecintaannya pada ibunya, sampai kasih tak sampai seorang perempuan yang begitu mendambanya.