Jakarta, CNN Indonesia -- Sebuah perpustakaan di Jepang merayakan hasil renovasinya dengan cara yang unik. Mereka bersiap memecahkan rekor dunia untuk domino buku. Buku-buku telah diatur sehingga membentuk ular dan blok-blok yang panjang.
Sekali sentuh, buku akan terdorong menimpa buku lain dan semuanya bakal roboh dalam sekejap. Namun sebelum kegiatan itu terlaksana pada 12 Juli mendatang, diberitakan Telegraph, publik Jepang secara luas mengkritiknya.
Aksi itu dianggap tidak menghormati buku. Sementara di kalangan publik Jepang, buku dianggap nyaris sakral. Mereka sangat menjunjung tingginya, membawanya ke mana-mana, membacanya meski sedang jalan atau menunggu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Panitia penyelenggara berencana menjual buku-buku yang telah digunakan usai kegiatan, namun itu tidak cukup menenangkan pencinta buku.
"Pertama kali melihatnya, saya merasa sangat sedih," tulis Takayuki Kitamura, pemilik sebuah kafe buku, di blog pribadinya. "Sejak kecil, saya diajari untuk tidak menyalahgunakan buku. Jika meremehkannya, kita juga akan meremehkan pemikiran orang yang menulisnya," ia berargumen melanjutkan.
Halaman Facebook acara itu pun dipenuhi protes. "Jika salah satu buku saya di sana, tolong jangan digunakan. Tolong jangan bodoh," tulis salah satunya. Yang lain berkata, "Buku bukan mainan yang bisa digunakan untuk domino. Pemerintah Kota Gifu seharusnya malu."
Perpustakaan Gifu dibuka kembali pada 18 Juli, setelah didesain ulang secara lebih modern oleh arsitek bernama Toyo Ito. Bangunan itu mengklaim akan menjadi perpustakaan paling spektakuler di dunia. Acara domino buku pada 12 Juli sekaligus sebagai upaya mempromosikan Gifu sebagai Kota Buku, julukan barunya.
Sebelumnya, domino buku pernah dilakukan di Perpustakaan Umum Seattle pada 2013. Dalam videonya, mereka mengklaim "tidak ada buku yang dicederai selama pengambilan gambar."