Srimulat, Sang Legenda yang Jadi Subkultur Indonesia

Nadi Tirta Pradesha | CNN Indonesia
Rabu, 10 Jun 2015 09:04 WIB
Srimulat sudah melampaui label grup lawak, kini menjadi subkultur dunia lawak Indonesia. "Orang bilang, 'Ah, Srimulatan lu!'" kata Polo.
Srimulat telah menjadi subkultur dunia lawak Indonesia. (CNNIndonesia/Nadi Tirta Pradesha)
Jakarta, CNN Indonesia -- Grup lawak kawakan Srimulat kini muncul kembali di layar kaca. Kali ini, berkolaborasi dengan artis-artis muda dalam format sitkom. Bentuk lawakan ini menurut Eko Koeswoyo atau yang akrab disapa Eko DJ dilakukan agar lelucon Srimulat tetap segar.

"Kalo Srimulat muncul sendiri, kurang buat segi cerita, makanya digabung dengan yang muda-muda, dulu pun juga begitu. Kami combine supaya enggak mbosenin, lawakannya tetap update. Kami ini ngakuin kalau kami ini sudah tua, jadi harus ada yang muda-muda," tutur Eko ketika ditemui seusai syuting Saatnya Srimulat di Studio Trans TV, kawasan Tendean, Jakarta, baru-baru ini.

Christian Barata Nugroho alias Polo mengatakan tiap anggota Srimulat yang ikut dalam Saatnya Srimulat terlibat proses kreatif, walaupun tidak secara langsung.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami harus memberikan kontribusi supaya ada sinergi antara tim kreatif dengan kami. Supaya kami tidak kehilangan konsep Srimulat ketika mencoba melakukan perubahan-perubahan," ucap Polo.
Pelawak kawakan dengan rambut mohawk, Margono alias Gogon justru senang dapat berkumpul kembali dengan Srimulat. Menurutnya, dewasa ini mereka jarang satu panggung.

"Setelah Srimulat, menurut saya, udah mati suri, kita berjuang sendiri-sendiri. Jadi saya ya job sendiri, saya sampai 15 hari 15 job itu ya, sendiri. Enggak tau nasibnya si ini, si itu," ucap Gogon.

Gogon bahkan mendalang selama mati surinya Srimulat. Dia menganggap tampilnya kembali Srimulat di televisi merupakan kesempatan emas untuk menampilkan bakat-bakat dari anggota Srimulat lainnya. Menurut Gogon, kebiasaan Srimulat terdahulu yang "memendam" pelawak anyar membuat grup ini tanpa regenerasi.

"Srimulat dulu itu jahat, kalau ada orang baru diinjek, makanya sampai sekarang tidak ada yang baru. Tapi anak-anak orang Srimulat itu banyak yang bisa ngelawak, kayak Tatang-nya Mas Gepeng, Nurul Bento, jadi enggak terekspos karena udah dicegat jangan sampai anak-anak ini muncul. Semoga saja Saatnya Srimulat ini kami bisa membawa anak-anaknya orang Srimulat yang berbakat bisa main di sini," ujar Gogon.
Polo pun mengakui Srimulat sudah tak selucu yang dulu. Dia berpendapat bahwa Srimulat sadar ketika mulai membosankan. Walau demikian, Polo menganggap Srimulat sudah melampaui label grup lawak, kini menjadi subkultur.

"Dulu ketika Srimulat menjadi membosankan ya wajarlah, sudah berapa tahun dulu kami berjalan? Kami enggak arogan kok, enggak jumawa kalau kami ini pelawak super, enggak. Artinya kontribusi kami di bidang lawak bahwa Srimulat itu sudah merupakan subkultur dunia lawak Indonesia. Kan sering ketika di kantor atau di jalan orang bilang, 'Ah, Srimulatan lu!' kan enggak ada yang lain kayak gitu. Hahaha," tutup Polo. (vga/vga)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER