Anugerah Inggil Napoleon untuk Tokoh Pers Indonesia

Vega Probo | CNN Indonesia
Kamis, 11 Jun 2015 01:36 WIB
Tahun ini, untuk pertama kali, penghargaan bergengsi Chevalier dans l’Ordre de la Legion d’Honneur dianugerahkan kepada Pia Alisjahbana.
Pia Alisjahbana menerima Chevalier dans l’Ordre de la Legion d’Honneur dari Duta Besar Perancis Corinne Breuze (CNNIndonesia Free Rights/Zaki Muhammad/Femina Group)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sepanjang lebih dari dua abad, penghargaan inggil Chevalier dans l’Ordre de la Legion d’Honneur dianugerahkan Pemerintah Perancis kepada tokoh pilihan, baik sipil maupun militer, yang memiliki rekam jejak berkualitas dalam melakukan pengabdian untuk publik.

Tahun ini, untuk pertama kali, penghargaan bergengsi ini dianugerahkan oleh Duta Besar Perancis Corinne Breuze kepada tokoh pers Indonesia, Pia Alisjahbana, di kediamannya di kawasan Menteng, Jakarta, kemarin malam (9/6).

“Sesungguhnya pencapaian Ibu Pia Alisjahbana secara pribadi dan profesional sangat mengesankan bagi kami,” kata Breuze dalam pidatonya. Ia sekaligus memuji peranan Pia “mengubah cara wanita Indonesia dalam memandang diri mereka sendiri.”
Lebih jauh, Brueze menegaskan peranan Komisaris Femina Group ini dalam “mengubah Indonesia sepanjang 70 tahun belakangan ini. Dan Ibu Pia Alisjahbana merupakan wanita inspirasional yang memberdayakan para wanita Indonesia.”

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Chevalier dans l’Ordre de la Legion d’Honneur dianugerahkan untuk pertama kali semasa Napoleon Bonaparte berkuasa, pada 19 Mei 1802. Perempuan dunia yang pernah menerima penghargaan ini, antara lain Isabelle Adjani, Aung San Suu Kyi, Elizabeth Arden.

“Saya tak pernah menyangka akan mendapat penghargaan itu," kata Pia. Semula ia mengira penghargaan tersebut dianugerahkan atas kiprahnya mengikutsertakan anak-anak muda dalam lomba Concours Internationale des Jeunes Createurs de Mode di Perancis.

Pia menuturkan perjalanan kariernya di bidang pendidikan dan budaya atau media. “Kedua aktivititas ini selalu bersinggungan dan terfokus pada peran wanita. … Hal ini selalu menjadi perhatian saya sepanjang hidup saya.”
Di bidang pendidikan, Pia turut membidani American–Indonesian Exchange Foundation (AMINEF), program beasiswa bagi mahasiswa Indonesia untuk belajar gratis di Amerika, pada 1992. Menteri Pendidikan Anies Baswedan adalah alumnus AMINEF.

Sementara di bidang media, mantan dosen Fakultas Sastra Universitas Indonesia ini melahirkan Majalah Femina dan Gadis, pada awal 1970-an, yang disusul belasan majalah dan media lain, termasuk di antaranya waralaba asing.

Lalu, di bidang fesyen, ia menggagas Lomba Perancang Mode, sejak 1979. Ajang ini menelurkan perancang busana berbakat, Edward Hutabarat, Sally Koeswanto, Itang Yunasz hingga Tex Saverio, yang kini namanya kian mendunia.

Di bidang budaya, Pia turut mendirikan Badan Pelestari Pusaka Indonesia. Sekalipun berusia lanjut, ia tetap aktif mengikuti kegiatannya, dari melarung lampion di Sungai Progo dekat Candi Borobudur, juga menanam pohon di Kebun Raya Samosir di Danau Toba.

Rekam jejak aktivitas dan pemikiran perempuan kelahiran 26 Juli 1933, ini terangkum dalam buku Menembus Zaman, Sebuah Memoar Pia Alisjahbana. Svida Alisjahbana memuji sang ibu sebagai, “salah satu pahlawan modern Indonesia, lambang Kartini modern.”

(vga/vga)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER