Jakarta, CNN Indonesia -- Film horor ikonik
Poltergeist yang tak melanjutkan saga-nya hingga seri ke empat akhirnya didaur ulang. Tanpa mengubah judul dan plot terlalu dalam, film
remake ini tak dapat mereplikasi atau bahkan mencapai kualitas pendahulunya yang dibuat pada 1982.
Menyoal film ini tentu harus bercerita pula soal keluarga "malang" yang tinggal di rumah berhantu.
Poltergeist (2015) kali ini mengisahkan kehidupan keluarga Bowen, yaitu Eric (Sam Rockwell), Amy (Rosemarie DeWitt), Kendra (Saxon Sharbino), Griffin (Kyle Catlett) dan Madison (Kennedi Clements).
Keluarga kerah biru ini dikisahkan sedang dalam kesulitan ekonomi, mereka terpaksa pindah rumah ke daerah suburban yang harganya terjangkau. Nahasnya, keluarga ini tak tahu sejarah pendirian kompleks perumahan tersebut.
Poltergeist (1982) menjadi ikonik karena pengunaan efek spesial yang jitu. Faktor ini dapat menerjemahkan peristiwa supernatural lewat teknologi keseharian. Kali ini,
Poltergeist (2015) juga menghantui area yang sama. Teknologi
RC drone bahkan punya peran penting di film versi baru ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Walau menyisipkan porsi humor yang lebih banyak dari pendahulunya (bahkan bisa dikatakan terlalu banyak), film ini tetap mempertahankan elemen horor dalam porsi besar.
Poltergeist menjadikan efek kejut dan unsur mengejutkan sebagai andalan.
Tambah lagi, seringai elemen
coulrophobia (phobia badut) di babak awal film. Layaknya kebanyakan film abad ke-21,
Poltergeist (2015) juga banyak memakai pendekatan sains dan pseudo-sains untuk menyokong narasi horor supernatural.
Rockwell, si pemeran Eric, sebenarnya mampu menyuguhkan akting khas dirinya: figur penderita yang terhimpit keadaan, seperti karakternya di
Moon (2009),
Seven Psychopaths (2012) dan
Conviction (2010). Namun kualitas akting Rockwell tak mampu mengangkat kualitas film ini secara keseluruhan.
Babak ke-dua film ini agak tertolong dengan hadirnya sang paranormal, Carrigan Burke (Jared Harris). Uniknya Burke justru berpenampilan mirip Rev. Henry Kane, si antagonis di
Poltergeist II: The Other Side (1986). Karakter anti-hero Burke dapat memberi dimensi lain di film ini.
Elemen
sound design dan
scoring yang digarap sedemikian rupa pun tak bisa melengkapi atmosfer teror film ini. Efek spesial yang digunakan pun berkualitas serupa, elemen kejutan pun ikut menjadi tumpul.
Film yang sejauh ini gagal secara komersil ini untungnya tak terlalu seram. Sedang-sedang saja, atau dengan kata lain: semenjana. Penonton dewasa yang ingin terapi horor pun tak usah cemas mengalami teror ala
The Conjuring (2013).
Suguhan film ini agaknya juga menggambarkan kondisi yang dialami pembeli rumah baru di area Bodetabek. Harga murah seringkali dipengaruhi kondisi dan fungsi area sebelumnya. Bisa jadi ungkapan "tempat jin buang anak" lebih dari sekadar metafor.
[Gambas:Youtube]